Deprecated: Function wp_targeted_link_rel is deprecated since version 6.7.0 with no alternative available. in /home/www/wp-includes/functions.php on line 6114
Deprecated: Function wp_targeted_link_rel_callback is deprecated since version 6.7.0 with no alternative available. in /home/www/wp-includes/functions.php on line 6114
Deprecated: Function wp_targeted_link_rel_callback is deprecated since version 6.7.0 with no alternative available. in /home/www/wp-includes/functions.php on line 6114
Deprecated: Function wp_targeted_link_rel is deprecated since version 6.7.0 with no alternative available. in /home/www/wp-includes/functions.php on line 6114
Deprecated: Function wp_targeted_link_rel_callback is deprecated since version 6.7.0 with no alternative available. in /home/www/wp-includes/functions.php on line 6114
Deprecated: Function wp_targeted_link_rel_callback is deprecated since version 6.7.0 with no alternative available. in /home/www/wp-includes/functions.php on line 6114
Memupuk Kepedulian Sosial dalam Keluarga
Oleh: Rizqi Anfanni Fahmi, SEI., MSI
Kepedulian sosial merupakan rasa tanggung jawab dan keinginan membantu kesulitan yang dialami orang lain. Menurut World Giving Index, Indonesia menempati posisi ke-10 dari 126 negara paling dermawan di dunia dalam 10 tahun terakhir. Artinya, orang Indonesia memiliki rasa kepedulian sosial yang tinggi. Apalagi jika memasuki bulan Ramadan, berbondong kita untuk berbagi dengan sesama. Tidak heran jika dalam indeks tersebut Indonesia juga berada di posisi ke-6 negara yang paling gemar berdonasi uang dan peringkat ke-7 sebagai negara dengan berdonasi waktu terbanyak.
Tentu saja tidak serta merta Indonesia menduduki peringkat tersebut. Semua pasti berasal dari unit terkecil dalam sebuah masyarakat, yaitu keluarga dan dari keluarga inilah kepedulian dilatih. Namun, tidak semua keluarga mampu melakukan itu. Di perkotaan misalnya, jangankan membantu orang, kenal dengan tetangga saja belum tentu. Sebagai keluarga muslim, kepedulian dengan tetangga tentu harus dipupuk.
Mengapa perlu memupuk kepedulian sosial? Hadits berikut dapat memberikan gambaran bagaimana Islam mengajarkan kita untuk peduli sesama:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
“Barangsiapa yang meringankan kesusahan seorang mukmin di antara kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan meringankan kesusahannya di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang sedang kesulitan, niscaya Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. (HR Muslim)
Dari hadits tersebut nyatalah bagaimana Allah menjamin hambaNya yang gemar menolong orang lain yang dalam kesulitan di dunia, maka dia akan dimudahkan dalam perkara kesulitan-kesulitan di akhirat yang mana kita ketahui betapa dahsyat huru-haranya. Tidak hanya mendapat keistimewaan di akhirat, Allah pun menjamin akan memudahkan urusan-urusannya di dunia ini. Namun yang perlu diperhatikan di sini adalah niat lurus menjadi syarat mutlak agar kemudahan itu turun. Jadi jangan sampai menolong orang karena ingin berharap mendapat balasan.
Nampak berat memang untuk menjaga niat lurus tak mengharap apa-apa. Apalagi jika menolong berupa harta milik kita. Allah sudah membuatkan pilihan kepada hambaNya terkait bagaimana kita menggunakan harta. Allah berfirman dalam surat Al-Balad ayat 10-18:
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ (11) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ (12) فَكُّ رَقَبَةٍ (13) أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ (14) يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ (15) أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ (16) ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ (17) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (18)
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalanyang mendaki lagi sukar? Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dariperbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan salingberpesan untuk berkasih sayangMereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan”
Dalam ayat tersebut, Allah menyampaikan bahwa kita bisa memanfaatkan harta dengan dua jalan, namun Allah hanya mencontohkan satu jalan yaitu jalan mendaki dan juga sukar. Apa saja jalan yang sukar itu? Yakni membelanjakan harta untuk membantu kesulitan orang. Mengapa demikian? Karena memang berderma harta merupakan hal yang berat bagi kebanyakan orang.
“Hartaku ku dapatkan dari hasil kerja kerasku, ya bebas aku gunakan untuk apa”. Mungkin begitu selentingan dalam hati kita ketika ada panggilan untuk berderma. Oleh karenanya Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mampu menempuh jalan berliku lagi sukar itu dimasukkan sebagai golongan kanan, yaitu penghuni surga. Itulah balasan bagi orang yang mampu melepaskan rasa berat untuk berderma. Siapa yang tak ingin menjadi penghuni surga?
Setelah kita mengetahui bahwa memiliki kepedulian sosial merupakan jalan menuju surga, maka sebagai seorang muslim kita sepatutnya berlatih. Pastilah mulai dari sendiri dan juga keluarga kita. Lalu bagaimana memupuk kepedulian sosial dalam keluarga kita? Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:
- Menyisihkan setidaknya 5% dari pendapatan total keluarga untuk berdonasi. Jika sudah mencapai nishab dan haul tentu saja harus dikeluarkan zakat terlebih dahulu. 5% ini adalah pos rutin bulanan atau berkala yang memang disendirikan untuk berdonasi harta. Pos ini harus dipisahkan dari rekening yang digunakan untuk belanja agar tidak tercampur.
- Melatih anak untuk menyisihkan sebagian uang saku untuk disedekahkan, bisa harian, mingguan, atau bulanan.
- Sering mengikuti kajian untuk menjaga motivasi untuk berbagi dengan sesama. Kadang iman kita naik dan bahkan lebih sering turun, Dengan mengikuti kajian keislaman diharapkan kita mampu mengisi kembali baterai iman kita untuk beramal, termasuk di antaranya berderma.
- Mulai dari hal yang kecil, misal dengan mendonasikan baju yang masih layak pakai kepada orang yang membutuhkan, memberikan uang lebih kepada pedagang kecil, berbagi makanan dengan tetangga, dan sebagainya.
- Ikut kegiatan kesukarelawanan, seperti ikut kegiatan gotong-royong, kerja bakti, maupun acara kebersamaan lainnya di kampung. Hal ini dapat mengasah kepekaan kita terhadap keadaan sekitar dan kita belajar untuk berlaku ikhlas dalam melakukan sesuatu tanpa pamrih.
- Kepala keluarga memberi contoh kepada anggota keluarganya. Tanpa contoh, sulit rasanya untuk menularkan rasa kepedulian kepada anggota keluarga lain. Karena laki-laki diberikan kelebihan oleh Allah.
Demikianlah beberapa cara yang bisa memupuk rasa kepedulian sosial dalam keluarga kita. Tidak memandang siapa yang kita bantu, melainkan apa yang kita bantu itulah yang bernilai. Semoga Allah meringankan kita dalam beramal saleh dan ringan dalam membantu saudara-saudara kita. Amiin …