Kebenaran Harus Dirawat, Dipupuk, dan Disiram

“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS al-Isrâ’ [17]: 81)

Khalifah Ali bin Abi Thalib berkata, “Kebenaran yang tidak terorganisasi dengan baik, akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi dengan rapi”. Pernyataan ini sungguh menarik. Karenanya, perlu mendapat perhatian dari kaum muslimin, sebagai kelompok umat yang mendapat amanah Allah untuk senantiasa menebarkan dan mempertahankan kebaikan, kedamaian, dan kebenaran di muka bumi ini dalam kehidupan umat manusia secara keseluruhan.

Allah SWT berfirman: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik dari mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS al-Imrân [3]: 10). Kemudian dalam ayat lain Allah berfirman: “Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kamu…” (QS al-Baqarah [2]: 143) Sudah menjadi sunnatullâh (hukum alam) yang bersifat pasti, jika kebenaran datang, maka kebatilan akan hancur. “Dan katakanlah yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS al-Isrâ’ [17]: 81).

Namun perlu disadari, aplikasi sunnatullâh ini sangat terkait dengan pelaksanaan sunnatullâh yang lain. Aturan Allah dalam kehidupan ini tidak berdiri sendiri. Diantara sunnatullâh tersebut adalah bahwa kebenaran itu harus diamalkan dan diperjuangkan dalam tatanan yang rapi dan teratur. Dalam memperjuangkan kebenaran diperlukan perencanaan matang, tahapan dan skala prioritas yang jelas, dan didukung oleh muslim yang berkualitas, serta pengorganisasian yang kuat. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti suatu  bangunan yang tersusun kokoh.” (QS al-Shaff [61]: 4)
Dalam realitas kehidupan yang kita saksikan sekarang, betapa kemungkaran dan kebatilan telah merajalela dan mendominasi di hampir semua sektor kehidupan. Semuanya dibungkus dan dikelola dengan rapi, sehingga seolah merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan modern sekarang ini. Masyarakat luas banyak yang terpengaruh oleh nilai-nilai kebatilan, baik bagi dirinya maupun bagi masa depan bangsa dan negaranya.

Bahkan, jika ada yang menentang dan mengingatkan, masyarakat cenderung membelanya. Gaya hidup bercirikan materialisme dan kebebasan telah merasuk ke dalam struktur pikiran, hati, dan perbuatan masyarakat banyak. Apalagi didukung oleh kekuatan media informasi yang begitu menggurita, yang mampu mengobok-obok jati diri dan akhlak masyarakat. Atas nama kebebasan dan hak asasi manusia, orang boleh melakukan apapun yang dikehendakinya. Pandangan seperti ini pelu dibenarkan. Setiap individu memang diberikan kebebasan untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi haknya, akan tetapi dalam menjalankan hak tersebut jangan sampai mengabaikan hak orang lain. Inilah sosok manusia yang pandai menunaikan hak dan kewajibannya.

Bisa dibenarkan jika ada slogan yang mangatakan “Zaman sekarang adalah zaman edan”. Nilai-nilai moral, yang bersumber dari ajaran agama telah dipinggirkan, bahkan sengaja ditinggalkan. Terjadi proses sekulerisasi yang sangat dahsyat di tengah masyarakat. Antara ibadah dan muamalah telah terpisah secara nyata. Ibadah shalat, haji, dan umrah (yang kadang dilakukan berulang kali) misalnya, sengaja dipisahkan dengan muamalah di bidang ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan kesenian.

Bahkan ada sebagian kalangan yang berpendapat bahwa tidak perlu membawa ajaran agama pada dunia kesenian. Dunia kesenian menurut mereka adalah dunia kebebasan, tanpa ada batas dan koridor apapun. Dengan paradigma bahwa orang boleh mengekspresikan karya seni dan imajinasinya dengan sekehendak hati, tanpa harus dikaitkan dengan nilai-nilai moral.

Di bidang pendidikan misalnya, mereka lebih senang mengembangkan sistem pendidikan sekular atau pendidikan agama tapi nilai-nilai agama tidak pernah ada didalamnya atau mungkin juga sistem pendidikan yang anti agama dari pada sistem pendidikan yang melahirkan peserta didik yang bermoral dan bertakwa kepada Allah SWT sebagai satu-satunya zat yang maha pencipta dan satu-satunya zat yang wajib disembah dan dipuja.

Islam adalah ajaran agama yang sangat menekankan prinsip kesatuan (tauhîd) dalam segala hal, kesatuan ibadah dengan muamalah, seni dengan moral, individu dengan masyarakat, ilmu dengan amal, dan dunia dengan akhirat. Allah SWT berfirman, “Barang siapa yangmengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia) dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik (di akhirat)  dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS al-Nahl: 97).

Menghadapi dominasi kebatilan yang demikian dahsyat dan sudah menjamur di kalangan kita, para pembela, para pejuang, dan aktivis kebenaran perlu melakukan cara-cara rapi dengan organisasi yang kuat. Untuk itu dipelukan beberapa hal sebagai berikut,
Pertama, diperlukan strategi besar dan blue print yang jelas untuk pembangunan masyarakat muslim yang bercirikan tauhidullâh (meng-esa-kan Allah), berkesejahteraan, berkeadilan, berukhuwah Islamiyah, dan beramal ma’ruf nahi munkar. Blue print ini harus disertai dengan tahapan-tahapan yang jelas dan langkah kongkrit yang berkesinambungan. Bukan sebatas slogan yang hanya keras di mulut, tapi tak dapat dilaksanakan. Blue print ini penting agar energi tidak terkuras habis dalam menjawab pekerjaan yang selalu dilempar orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Kaum muslim sering menguras semua energi, bahkan hampir terjadi perpecahan dan pertentangan antara satu dengan lainnya, ketika memberikan respon pada pekerjaan tersebut. Tampaknya perlu ada lembaga khusus yang didukung secara moral dan material oleh semua pihak dikalangan umat.

Kedua, penguatan semangat dalam bekerjasama antara sesama kelompok umat harus terus-menerus dilakukan. Sudah waktunya memperhatikan titik-titik persamaan. Persamaan di berbagai kelompok umat itu harus lebih dominan daripada perpecahan. Perlu ditumbuhkan semangat toleransi sehingga lahir kekuatan yang tangguh walaupun kondisi internalnya relatif heterogen.

Ketiga, amar ma’ruf nahi munkar hendaknya tidak dilakukan secara sporadis dan insidental yang hanya menekankan aspek lisan. Namun, harus dilakukan berkesinambungan dan menyangkut semua bidang kehidupan. Caranya dengan melahirkan berbagai institusi alternatif agar menjadi pilihan kebaikan bagi masyarakat. Misalnya, usaha membangun stasiun televisi yang dirancang bagi peningkatan kualitas pengetahuan dan akhlak masyarakat, merupakan bagian penting dari kegiatan dakwah yang harus dipikirkan semua komponen umat. Potensi dana dan sumber daya manusia yang dimiliki umat Islam untuk membangun dakwah lewat televisi ini harus terus digali dan dikembangkan.

Keempat, majelis ta’lim dan lembaga-lembaga kajian keislaman perlu mengoptimalkan materi dan tenaga pengajarnya. Institusi ini, disamping ditujukan untuk melakukan transformasi dan peningkatan pengetahuan keislaman, juga diharapkan menjadi benteng pertahanan masyarakat  dari berbagai intervensi yang merusak akhlak dan moral. Karena itu, semua komponen umat harus menyatukan langkah dakwahnya dalam barisan yang rapi dan teratur.

Jika langkah-langkah ini dapat kita tapaki dengan baik, dengan izin Allah, semua itu dapat mengalahkan dominasi kemungkaran yang diorganisasi dengan baik sekalipun. Kebenaran tak boleh dibiarkan saja. Ia harus dirawat, dipupuk dan disiram. Wallahu ‘Alam bi al-shawâb. []

Arjun eL-Lampungi, Mahasiswa Jurusan Tarbiyah FIAI UII 2008

Artikel ini dipublikasikan dalam Buletin Jumat Al-Rasikh terbita Direktorat Pendidikan dan Pengembangaan Agama Islam (DPPAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Edisi 24 Juni 2010. Artikel dapat diakses pada link ini.

Unduh Artikel

Tags: , ,
Deprecated: Function wp_targeted_link_rel is deprecated since version 6.7.0 with no alternative available. in /home/www/wp-includes/functions.php on line 6114

Deprecated: Function wp_targeted_link_rel_callback is deprecated since version 6.7.0 with no alternative available. in /home/www/wp-includes/functions.php on line 6114

Deprecated: Function wp_targeted_link_rel_callback is deprecated since version 6.7.0 with no alternative available. in /home/www/wp-includes/functions.php on line 6114