Dr.Drs. Dadan Muttaqien, SH, M.Hum: 10 Akhlak Yang Harus Dimiliki Muslim
Dalam bahasa, akhlak (budi pekerti) berarti kebiasaan atau watak. Secara terminologi, akhlak berarti kebiasaan, tabiat atau watak di dalam diri yang menjadi sumber terjadinya perbuatan, tanpa unsur rekayasa ataupun reka-reka. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa ahklak adalah tindakan tanpa rekayasa
Sepuluh Akhlak Muslim/Muslimah:
-
Tidak Menyakiti Orang Lain
orang Muslim adalah yang orang-orang Muslim lainnya selamat dari (keusilan) lidah dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah atas dirinya “H.R Al-Bukhori dari Abdullah bin Amru.
Hadis tersebut menyatakan bahwa Muslim terbaik adalah Muslim yang menunaikan hak-hak kaum Muslimin lainnya dalam menjalankan hak-hak Allah, artinya orang Muslim harus mencegah diri dari menyakiti orang lain. Penyebutan lidah dan tangan adalah manifestasi cara menyakiti orang lain, baik secara verbal maupun fisik.
Balas menyakiti orang yang menyakiti kita sebenarnya tidak menjadi masalah, tetapi yang lebih afdal adalah bersabar dan mengharapkan pehala di sisi Allah (Q.S. Al-Ahzaab 58) -
Menyingkirkan Benda Menyakitkan dari Jalan
“Iman itu ada tujuh puluh sekian atau enam puluh sekian cabang. Yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha illallaah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan benda dari jalanan dan malu termasuk cabang keimanan.” H.R. Muslim dari Abu Hurairah r.a.
Menyingkirkan benda benda yang menyakitkan dari jalan adalah salah satu bentuk manifestasi dzikir yang bisa menjauhkan manusia dari api neraka. -
Malu
Malu adalah perhiasan wanita yang paling indah dan elok, bahkan merupakan sebagian dari iman dan Nabi SAW sendiri pun terkenal sangat pemalu. Hal ini karena malu menganjurkan kebaikan dan menghindarkan keburukan. Malu mencegah kealpaan untuk bersyukur kepada yang member nikmat dan mencegah kelalaian menunaikan hak orang yang memiliki hak. Disamping itu, malu juga mencegah berbuat/berkata kotor demi menghidari celaan dan kecaman.
Malu adalah rasa yang membuat seorang mukmin urung melakukan maksiat karena perasaan serba salah jika sampai dilihat oleh Allah. Malu yang berlebihan adalah rasa sungkan yang justru merupakan kelemahan mental dan sering menimbulkan banyak masalah. Sikap keterlaluan perempuan dalam tertutup dan mengurung diri dari pergaulan dengan laki-laki bukanlah rasa malu, melainkan lebih merupakan factor kesungguhan -
Santun Berbicara
“Sesungguhnya seseorang mengatakan satu patah kata yang ia pandang tidak ada masalah. Padahal, sepuluh kata itu menyebabkan ia harus mendekam di neraka selama tujuh puluh tahun.” (H.R. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a) -
Jangan Berbohong
Tidak beriman seorang hamba dengan keimanan yang sepenuhnya sampai ia meninggalkan bohong meski dalam bercanda dan meninggalkan perdebatan meskipun dalam posisi benar” (H.R. Ahmad dari Abu Hurairah r.a)
Iman dan kebohongan tidak bisa menyatu dalam hati seorang mukmin. Kebohongan akan mengarah kepada kemunafikan. Keduanya seperti dua sisi mata uang yang bersisian. Tidak ada yang bernama bohong putih atau bohong hitam, kebohongan kecil tetaplah ditulis sebagai kebohongan. Sikap seperti membanggakan diri, bercanda dan berkelakar juga dapat menjerumuskan kepada kebohongan. Bentuk kebohongan terbesar terhadap Allah adalah kebohongan dalam berniat, berjanji, dan beramal.
Bohong yang diperbolehkan adalah bohong untuk mendamaikan dua orang yang bersiteru, bohong dalam perang dan bohong untuk menyenangkan suami/istri -
Tindakan perdebatan.
“Sesungguhnya tadi aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang Lailatul Qadar, namun di tengah jalan si Fulan dan Fulan sedang bertengkar mulut, maka dihapuskanlah (pengetahuan tentang itu). Semoga (penghapusan) ini lebih baik bagi Anda sekalian. Telisiklah ia pada malam ketujuh, kesembilan, dan kelima (terakhir bulan Ramadhan)” (H.R. Al-Bukhori dari Ubadah bin Ash-Shamit). -
Jangan bakhil (pelit).
Predikat paling buruk yang disandang oleh wanita muslimah adalah jika ia disebut wanita bakhil/pelit. Orang bakhil yang paling bakhil dapat dibagi tiga: (1) Orang yang bakhil dengan dunia di jalan akhirat (2) Orang yang bakhil pada dirinya sendiri dengan dalih zuhud meninggalkan keduniaan. (3) Orang yang mendengar nama baik Nabi SAW disebut dihadapannya namun ia tidak beshalawat
Salah satu makar orang bakhil adalah memeluk erat-erat uangnya semasa hidup, namun begitu diambang kematian ia lantas membagi-bagikan apa yang dimilikinya kepada ahli waris. Berikut manifestasi yang mengekspresikan sifat tidak bakhil adalah mengeluarkan zakat wajib, memberikan shadaqah, menyuguhi tamu dan memberikan hadiah. Satu lagi manifestasi bakhil dalam kehidupan rumah tangga ialah bakhil dengan tidak melontarkan kata-kata manis dan perasaan-perasaan mulia, khususnya dengan suami -
Tepiskanlah rasa dengki
Surga yang luas disediakan khusus untuk orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan manusia. (Ali Imran 133-134).
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumu yang disediakan untuk orang-orang yang bertakawa “.
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat Kebajikan”. -
Dilarang iri/hasud
Hasud adalah reaksi jiwa dan penyakit hati yang menganggap nikmat Allah yang diterima seseorang terlalu banyak untuknya sembari mengangan-angankan riabnya kenikmatan tersebut dari mereka. Faktor penyebab diantaranya pertama, permusuhan, kebencian, kemarahan dan kedengkian, kedua, takabur dan arogan, ketiga, kegerahan pada dunia, keempat, ambisi kekuasaan, kenam, kebusukan jiwa dan kekerdilan dari kebaikan. -
Pantang terpedaya (Ghurur)
Ghurur adalah bentuk kelalaian dan keterpedayaan dan merupakan predikat yang menempel pada setiap penipu. Ghuru memiliki tiga sumber utama:
• Tertipu oleh angan kehidupan dunia, merasa Allah memberinya kehidupan dunia yang melebihi orang lain dan beranggapan karunia tersebut sebagai kelebihan, bukan sebagai kemurahan, dan mungkin mengandung ujian dan cobaan apakah ia bersyukur atau malah kufur
• Tertipu oleh janji setan, setan senantiasa memberi bisikan yang membersarkan dirinya sehingga tidak lagi peduli pada dosa besar dan kecil
• Tertipu oleh angan Allah, Allah mencela kalangan ahlul kitab, orang munafik, dan pemaksiat atas ilusi dan keterpedayaan mereka.