FIAI Gelar Rukyatul Hilal Penetapan 1 Ramadhan 1439 H
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang tampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.
Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (PKBHI) Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah (PSAS) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) gelar rukyah hilal Awal Ramadhan 1439 H. Rukyah hilal digelar di Pos Observasi Bukit Brambang, Gunung Kidul, Rabu 16 Mei 2018 M / 30 Sya’ban 1439 H.
Agenda Rukyatul hilal
Agenda Rukyatul hilal kali ini dilaksanakan untuk memantapkan posisi bulan sebagai penetapan tanggal 1 Ramadhan 1439 Hijriah. Sebelumnya tim Rukyatul hilal FIAI yang diketuai oleh Drs. Sofwan Jannah, M.Ag mengikuti agenda Rukyatul hilal yang digelar oleh Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Selasa sore, 15/5, di Pusat Observasi Bulan (POB) Bukit Syeh Bela-Belu, Parangtritis, Bantul.
Menurut Ketua Badan Hisab Rukyat (BHR) Kemenag DIY Muthoha Arkanuddin, berdasarkan hasil pemantauan hilal yang dilakukannya bersama Jogja Astri Club (JAC); diketahui bahwa posisi hilal minus 0 derajat 7 menit 25 detik. Dengan begitu, dipastikan posisi hilal berada di bawah ufuk hakiki.
Baca juga: Jajaki Peluang Kerjasama, FIAI Kunjungi KBRI Bangkok
Menanggapi hasil pemantauan hilal tersebut, ketua tim rukyatul hilal FIAI, Drs. Sofwan Jannah, M.Ag, menyampaikan bahwa selain faktor cuaca, posisi hilal juga berada pada minus 0 derajat 7 menit 25 detik. Menegaskan untuk berijtihat dengan mengistikmalkan bulan Sya’ban.
“Melihat posisi hilal tadi, ijtihat kita dengan mengistikmalkan (menggenapkan) bulan Sya’ban menjadi 30 hari. Atau Insyaallah kita akan berpuasa hari Kamis tanggal 17 Mei 2018,” ungkapnya.
Keseragaman di Indonesia
Ia juga memprediksikan dalam agenda rukyat hilal yang akan diselenggarakan oleh FIAI sendiri pada Rabu keesokan harinya di bukit brambang. Secara posisi hilal akan nampak hilalnya karena ketinggiannya. “Selisihnya 12 derajat, dalam keadaaan cerah, besok hilal akan dipastikan kelihatan,” tuturnya menegaskan.
Menilik posisi hilal yang tidak berada pada posisi 0 derajat, Sofwan berpendapat bahwa bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah di Indonesia akan seragam. Keseragaman akan berlangsung hingga tahun 2021 masehi atau 1442 hijriah.
Baca juga: Songsong Gedung Baru, FIAI Studi Banding ke Observatorium Falak UMSU
“Persamaan itu hingga 2021, kecuali keputusan kalender internasional sudah disepakati. Maka tahun 2022 bisa dipastikan sama, karena dalam kalender internasional berlaku 1 hari 1 tanggal. Dimana hilal sudah terlihat di suatu negara, maka semua harus mengikutinya,” jelas Sofwan selaku pakar hilal FIAI UII menambahkan. (Rizal)