Dalam upaya meningkatkan peran di masyarakat, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyiapkan serangkaian kegiatan akademik dan penulisan buku. Salah satunya, kegiatan berupa focus group discussion Manajemen Bencana dari Perspektif Islam Sesi III dengan mengusung tema “Kepribadian Tangguh Bencana dari Perspektif Turast” , Rabu, 26 Juni 2024, di ruang sidang Dekanat FIAI, Gedung KHA Wahid Hasyim, Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14,4 Sleman.

Focus Group Discussion (FGD) menghadirkan 2 narasumber pemantik. Pertama, Dr. H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII. Kedua, Lukman, S.Ag., M.Pd. Dosen FIAI UII. Kegiatan FGD ini rencananya akan dijadikan materi buku Fikih Kebencanaan Perspektif Fuqaha UII, seperti disampaikan Dekan FIAI UII saat membuka acara.

“Penyintas biasanya akan memasuki beberapa fase. Fase pertama biasanya spontan, kaget kurang lebih selama 1 minggu. Fase kedua merasa selamat, menjadi pemberani, heroik dan berani menyelamatkan yang lain. Kita pernah merasakan ini tahun 2006 bencana gempa bumi Yogya. Fase ketiga adalah harmoni, biasanya penyintas ini membangun relasi, karena menerima janji-janji bantuan dari banyak pihak. Dari pemerintah sekian, dari daerah lain sekain, dan lain sebagainya dan harmoni, biasanya membangun relasi dengan siapapun, apalagi relawan hadir di lokasi bencana. Pada fase ini, paska bencana gempa bumi Lombok tahun 2018 welcome terhadap siapapun, juga saat bencana gempa bumi Yogya tahun 2006,” kata Dr. Asmuni , Dekan FIAI UII.

Namun Dr. Asmuni juga melengkapi, bahwa ada fase keempat, yaitu fase penuh kekecewaan, ternyata bantuan yang diberikan tidak mampu mengembalikan keadaan seperti semula. Apalagi sadar ketika para relawan sudah meninggalkan lokasi bencana, tinggalah penyintas dalam kesendirian dan sadar bantuan yang dijanjikan dahulu tidak sampai memulihkan semuanya. Rumah bersifat sementara, kamar mandi dan sekolah serba sementara. Fase kecewa bisa saja selama 2 bulan hingga 2 tahun, tapi ada fase rekonstruksi yang cukup lama membutuhkan bantuan secara material, juga bantuan secara pendampingan spiritual, tapi sentuhan secara psikologis dari pakar dan ahlinya tidak bisa diabaikan. Tentunya para psikolog memahami cara mengelola hati perasaan para penyintas.
”Nah diskusi kali ini menghadirkan narusumber multidisplin. Luarannya nanti berupa buku berjudul Fikih Bencana Perspektif Fuqaha UII. Nah fuqaha UII tidak hanya FIAI karena melibatkan fakultas lain,” ungkap Dr. Asmuni yang pada bencana gempa bumi Yogya tahun 2006 dan bencana gempa bumi Lombok tahun 2018 terlibat langsung menjadi relawan.

Selepas sambutan, dilanjutkan sesi diskusi menghadirkan 2 narasumber pemantik dari internal UII, yaitu Dr. H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog, dosen Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) serta Lukman, S.Ag., M.Pd., dosen Fakultas Ilmu Agama Islam. Dipandu fasilitator Sofwan Hadikusuma, Lc., ME, dosen FIAI.

Dalam paparan awal, narasumber pertama Lukman, S.Ag, M.Pd memantik dengan siklus manusia menghadapi bencana.
”Sebagai relawan bencana kita mendampibgi bukan saja saat bencana tapi juga sampai akhir, sehingga ketahanan terhadap bencana semakin baik. Ada siklus manusia saat menghadapi bencana, dimulai dari sabar, merasa perlu taubat, ada yang mengeluh. Bagi yang sabar, Allah menjanjikan akan mendapatkan rahmat. Ada yang taubat, merasa sadar bahwa dosanya memang banyak. Tapi juga ada yang mengeluh. Nah pentingnya deteksi dini itu ada di sini, apakah penyintas itu sabar, taubat atau mengeluh,” jelas Lukman M.Pd.

Menurut Lukman M.Pd, penemuan terhadap kategorisasi ini penting terutama bagi tim reaksi cepat dan tanggap darurat, karena bisa memperlakukan sesuai yang ada pada dirinya. Kalau mereka sudah sabar lalu diberi nasehat terus, bisa saja justru akan mengeluh. Sebaiknya orang yang sudah sabar, diajak berpartisipasi untuk tanggap bencana dan mitigasi. Kemudian orang yang taubat, ditingkatkan untuk menjadi sabar.

“Kategorisasi terhadap kondisi spiritual manusia itu penting, karena kalau kita memberikan suatu nasehat, ibarat pasien sakit perut, diberi obat sakit lutut. Selain pendampingan recovery fisik juga recovery mental bahkan menjadi lebih baik lagi. Jadi bencana kita jadikan salah satu titik point bagaimana untuk meningkatkan pendidikan spiritualitas. Ada yang kemudian bangkit, normal, putus asa ada yang sadar memperbaiki diri ada juga yang tersesat,” kata Lukman M.Pd

Pada sesi yang sama, narasumber pemantik kedua, Dr. H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog, mencoba mengangkat aspek optimalisasi HERO menghadapi bencana. Hero merupakan kependekan dari harapan, efikasi, resiliensi dan optimisme.

“Di lapangan, semua perspektif terhadap bencana alam itu paling tepat kalau dimaknai sebagai ujian. Sangat tidak nyaman bagi penyintas kalau dimaknai sebagai peringatan dan azab. Ketika disampaikan misal ini sebagai sebuah peringatan, bapak ibu. Ternyata itu sangat menyakitkan,” kata Dr. Sus Budiharto.

Imbuhnya, pemaknaan yang paling mudah diterima menjadikan bencana sebagai ujian, sebagaimana mahasiswa menempuh ujian untuk lulus, jadi orang-orang yang menempuh ujian itu orang yang rajin.

“Catatan saya sebagai psikolog adalah jangan sampai penyintas diberitahu bahwa mereka mengeluh, meskipun kenyataannya mengeluh. Maunya mereka itu tetap disanjung sebagai orang yang sabar. Jadi meski mengeluh baiknya dianggap sabar. Sehingga perlu hati-hati ketika kita pendamping melakukan deteksi dini.” ujarnya.

Sus Budiharto melengkapi bahwa perlu diantisipasi ada kecenderungan relawan psikolog mudah melakukan judgement, menilai orang lain rendah, sedang atau tinggi. Untuk yang melakukan judgment rendah berlaku teori populer yaitu Self Fulfilling Prophecy misal hanya dari melihat, lalu terlanjur menganggap orang itu mengeluh, maka akan terdorong untuk menganggap orang itu lebih rendah. Hal itu akan berdampak akan lebih banyak mengkritik orang tersebut. Ini catatan saat bencana.

Selain itu, perlu juga memahami simpati dan empati terkait budaya setempat. Untuk memahami para penyintas yang diperlukan adalah empati, tidak hanya simpati.
”Saya orangnya selau berusaha menunjukan ekspresi tersenyum, baik senang sedih terus berusaha senyum. Tapi ini ternyata bisa tidak cocok. Ada sebuah kisah seorang relawan sedang mendengarkan cerita seorang ibu di suatu lokasi bencana gempa besar, untuk menunjukkan kesan tertentu, relawan ini berusaha tersenyum. Rupanya itu menyinggung perasaan ibu tersebut, dan menegur relawan bahwasanya jangan tersenyum karena ibu tersebut sedang bercerita sedih,” ungkap Sus Budiharto.

Kegiatan FGD diikuti oleh dosen FIAI dan FPSB, bertujuan untuk memecahkan masalah saat ini. Ketua Panitia FGD Manajemen Bencana dari Perspektif Islam Sesi III, Kurniawan Dwi Saputra, Lc., M.Hum memperjelas arah kegiatan FGD ini,
”FGD Manajemen Bencana dari Perspektif Islam Sesi III ini bertujuan untuk mengelaborasi turats sebagai perspektif untuk pemecahan permasalahan kemanusiaan kontemporer,” jelasnya. (IPK)

Tantangan perguruan tinggi menuju world class university, disikapi Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) dengan memperluas kerjasama dengan berbagai institusi dalam dan luar negeri. Salah satunya, FIAI UII sepakati kerjasama dengan Academy of Contemporary Islamic Studies (ACIS) Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia, Jumat 31 Mei 2024 di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII Jalan Kaliurang km 14.4 Sleman.

Nota kerjasama ditandatangani kedua belah pihak, dari FIAI UII oleh Dekan, Dr. Drs. Asmuni, MA dari ACIS Malaysia oleh Prof. Dr S. Salahudin Suyurno. Kesepakatan kerjasama fokus pada pengembangan keilmuan ekonomi Islam, hukum Islam dan dan pendidikan agama Islam. Dalam implementasinya, antara lain diselenggarakan short course di FIAI UII dan UiTM Malaysia, dibarengi pertukaran khasanah budaya Indonesia dan Malaysia.

Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni MA dalam sambutan pembuka acara, terus mendukung kerjasama UII dan UiTM Malaysia,
“Universitas Teknologi MARA merupakan perguruan tinggi yang cukup ternama di Malaysia, sudah puluhan tahun berkiprah, banyak memiliki nilai kesamaan dengan UII di Indonesia, sehingga kerjasama akan terus dijaga untuk kemajuan bersama UII dan UiTM,” sambut Dr. Asmuni

Setelah sesi penandatanganan nota kerjasama, diselenggarakan short course dengan menghadirkan narasumber dari kedua belah pihak. Dari ACIS UiTM Malaysia narasumber Prof. Dr S. Salahudin Suyurno dan Dr. Mardhiyyah Sahri, dari FIA UII Fitri Eka Aliyanti, SHI., MA, serta narasumber praktisi tamu Noor Aslan, SE., MM, Direktur Utama BPRS Amal Bhakti Mulia, dipandu oleh moderator M. Nurul Ikhsan Saleh, S.Pd.I., M.Ed

Penyelenggaraan short course di FIAI UII ini merupakan bagian dari kesepakatan kerjasama kedua belah pihak dalam bidang pengajaran, dengan tujuan memperluas wawasan dan khasanah atas isu-isu terkait Islam di Indonesia dan Malaysia. Rencananya short course juga akan diselenggarakan di UiTM Malaysia, pada tanggal 7 Juni 2024.

Pada hari kedua kunjungan kerjasama di Indonesia, delegasi ACIS Malaysia, termasuk belasan mahasiswanya, berkunjung ke beberap lokasi wisata bersejarah di Yogyakarta, juga menikmati masakan Gudeg dan Bakpia Pathok.

Rizqi Anfanni Fahmi, SEI., M.S.I selaku penanggung jawab kerjasama FIAI UII dan ACIS Malaysia mengungkapkan tujuan diadakannya kerjasama ini.

”Kerjasama FIAI UII dan ACIS UiTM Malaysia sebagai wujud rekognisi internasional untuk menunjang proses pencapaian Catur Dharma dosen FIAI UII, juga upaya pencapaian sasaran mutu fakultas. Tentu juga untuk menambah jejaring mahasiswa kedua belah pihak, termasuk dengan pertukaran budaya di tingkat mahasiswa. Ada nilai tambah juga terkait upaya untuk meningkatkan silaturahmi dan mobilitas mahasiswa dari kedua perguruan tinggi. Terakhir, sebagai upaya mengkaji nilai dari kultur Indonesia dan Malaysia,” kata Rizqi Anfanni, Dosen FIAI UII yang saat ini juga sedang menempuh studi program doktor pada salah satu perguruan tinggi di Sumatra Selatan. (IPK)

SLEMAN,- Dalam upaya mendorong peningkatan karir dosen, Jurusan Studi Islam (JSI), Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Workshop Peningkatan Karir Dosen: Mempersiapkan Kenaikan Jabatan Fungsional dengan Optimal. Workshop bekerjasama dengan FORKOM PTKIS Kopertais III DIY dilaksanakan di Gedung KHA Wahid Hasyim, Kampus Terpadu UII, Jalan Kaliurang km 14.4 Sleman, Jumat 17 Mei 2024.

Workshop Peningkatan Karir Dosen diikuti oleh 113 peserta terdiri dari dosen FIAI UII dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) di DIY, baik hadir secara luring maupun menggunakan media daring.

”Sesungguhnya diskusi-diskusi, kalau saya lihat tadi, mencari sisi mana kekurangan yang bisa disempurnakan. Sehingga pada periode ini, dalam kepemimpinan Bapak Dr. Nur Kholis UII strateginya akan memperbanyak silaturahmi ke Kopertais III DIY.  Mengundang dalam banyak kegiatan, silaturahminya juga banyak. Sehingga menyelesaikan permasalahan bisa enjoy, saya kira ini semangat yang luar biasa,” kata Dr. Asmuni.

Dr Asmuni melengkapi, bahwa semangat saat ini adalah semangat perjuangan, karena ini tentang ilmu keagamaan yang unsur dunianya tidak terlalu dominan, tapi akheratnya yang penting.

JSI FIAI UII sebagai penyelenggara workshop melalui ketuanya menegaskan tujuan kegiatan ini sebagai upaya peningkatan karir dosen menuju jabatan akademik guru besar.
”Jurusan Studi Islam UII dalam upaya meningkatkan jabatan fungsional dosen perguruan tinggi Islam swasta untuk meraih jabatan akademik guru besar,” kata Dr. Anton Priyo Nugroho, S.E.,M.M, Ketua Jurusan Studi Islam UII.

Workhop Peningkatan Karir di FIAI UII ini, hadirkan 2 narasumber. Narasumber pertama Dr. Andi Prastowo, S.Pd.I., M.Pd.I, saat ini sebagai Sekretaris Tim Penilai Karya Ilmiah Kopertais Wilayah III Yogyakarta. Narasumber kedua, Dr. Moh. Soehadha, S. Sos. M. Hum saat ini sebagai Sekretaris Kopertais Wilayah III Yogyakarta.

“Pengembangan karir dosen sebenarnya tidak hanya baik untuk personelnya tapi juga  untuk institusinya. Kalau jadi dosen tidak bisa hanya untuk mengejar status, karena tugas dosen tidak hanya mengajar tapi keilmuwan. Bedanya dosen dan guru, ya karena dosen ada kata pendidik dan ilmuwan, dan keilmuwannya itu yang membedakan dengan guru.  Kalau hanya pendidik, dikasih jadwal ngajar ya selesai,” kata Dr. Andi Prastowo.

Dr Andi menambahkan dari alasan di atas, aspek karir menjadi penting bagi dosen. Jika dilihat dari komponen untuk kenaikan jabatan, ada pendidikan, penelitian, BKM dan  penunjang. Untuk menjadikan akredikasi peguruan tinggi Islam bepredikat unggul, seharusnya dosen didorong dari jabatan akademik lektor ke lektor kepala.

“Kalaupun sendiri sudah ya bareng-bareng. Saya kira PTKIS sudah bekolaborasi, jangan  bergerak sendiri. Saya masih melihat dosen PTKIS itu penulisnya sendiri-sendiri, penulis artikel sendiri. Jangan sendiri-sendiri, baiknya kerjasama karena kalau sendiri, daya ungkitnya kurang,” jelas Dr. Andi

Menurutnya, ada fenomena bahwa di satu sisi produktifitas itu persoalan personal, di satu sisi juga persoalan kelembagaan. Sehingga perlu ada simbiosis mutualis antara dosen dengan institusi. Dosen produktif, institusi juga mensupport, Kopertais memfasilitasi. Kenaikan jabatan akademik dosen berkorelasi dengan peningkatan level akreditasi program studi.

Narasumber kedua, Dr. Moh. Soehadha, S. Sos. M. Hum yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Kopertais Wilayah III Yogyakarta, mengapresiasi adanya rapat kerja Forkom PTKIS DIY dan workshop karir dosen yang diselenggarakan bekerjasama dengan Jurusan Studi Islam UII.

”Saya sangat mengapresiasi adanya kegiatan hari ini, dan mohon hasil rapat kerja dan rumusan workshop Forkom PTKIS DIY ini dikirim juga ke Kopertais Wilayah III DIY, untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan,” ujarnya di akhir acara workshop. (IPK)

SLEMAN,- Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) yang menuntaskan bulan Syawal 2024/1445 H dengan mengadakan acara Halal Bihalal FIAI UII, dihadiri oleh dosen dan tenaga kependidikan dengan segenap keluarganya.

Halal Bihalal FIAI diselenggarakan di lantai V, Gedung KHA Wahid Hasyim Kampus Terpadu UII, Jalan Kaliurang km. 14.4 Sleman, Minggu 5 Mei 2024. Kegiatan silaturahmi untuk sivitas akademika FIAI ini bertema Syawalan Tuntas, Kinerja Totalitas diisi dengan kajian keagamaan oleh Ustadz Ahmad Zubaidi S.Pd. M.Pd, yang juga dosen program studi Pendidikan Agama Islam UII.

Halal Bihalal dibuka oleh Dekan FAII UII, Dr. Drs Asmuni MA sekaligus memberikan sambutan pembuka yang menyinggung rencana strategis fakultas.
”UII membutuhkan dosen, tenaga kependidikan dan pemangku amanah struktural yang tangguh, komitmen dan loyal, karena tema rencana strategis itu integratif, inovatif dan kompetitif. Kompetitif pada nilai-nilai Islam dan mondial. Rencana strategis ini jika dikorelasikan dengan visi yang menetapkan tahun 2030, FIAI UII sudah menjadi rujukan, minimal di Asia Tenggara dalam bidang studi Islam,” ungkap Asmuni.

Setelah acara sambutan dilanjutkan dengan penyerahan penghargaaan atas keberhasilan dosen yang meraih gelar profesor dan doktor pada tahun 2024. Gelar profesor diraih oleh Prof. Dr. Drs. Tamyiz Mukharrom, MA, serta gelar doktor berhasil diraih oleh Dr. Dra. Sri Haningsih, M.Ag. Disambung sesi penyerahan penghargaan untuk dosen dan tenaga kependidikan yang akan beribadah Haji ke Tanah Suci pada tahun 2024 ini.

Berjabat tangan dalam acara Halal Bihalal FIAI UII 5 Mei 2024 (foto:IPK)

Pada acara inti kajian, Ustadz Ahmad Zubaidi sampaikan bahwa silaturahmi halal bihalal bisa mencegah kebangkrutan dunia dan akherat.

“Sekali berjabat tangan saling memaafkan, maka dosa akan runtuh. Sering saya katakan Allah itu akan menghapus 2 catatan manusia ketika mampu meminta maaf kepada sesama manusia. Bahkan ketika Allah berfirman dalam Al Quran, wa’fu’anna waghfirlana warhamna maka sejatinya ketika kita melakukan dosa itu pasti ada 2 catatan, pertama catatan dosa, kedua catatan hukumannya. Nah kalau ighfirlana maka Allah akan mengampuni atau menghapus dosa kita saja, tapi kalau wa’fu’anna maka Allah akan menghapus catatan dosa dan hukumannya,” kata Ustadz Zubaidi.

Ustadz Zubaidi menambahkan untuk mendapat penghapusan 2 catatan di atas, sebaiknya bersama-sama saling memaafkan sesama manusia. Suatu ketika Rasulullah pun pernah bertanya kepada para tentang siapa manusia yang bangkrut? Kemudian para sahabat menjawab bahwa orang yang bangkrut adalah yang tidak memiliki harta benda sama sekali. Kemudian Rasulullah menjawab bahwa orang yang bangkrut bukanlah yang tidak memiliki harta benda sama sekali tapi orang yang rajin sholat, sedekah, zakat, puasa tetapi masih memiliki kesalahan kepada temannya yang tidak mau memaafkan. Akhirnya ketika di akherat, Allah mengangkat pahala sholatnya, pahala zakatnya, pahala sedekahnya, pahala puasa untuk diberikan kepada orang-orang yang tersakiti.
”Oleh karena itu bapak ibu, mari kita saling memaafkan agar tidak bangkrut dunia akherat. Sehingga inti dari acara halal bihalal adalah silaturahmi. Silaturahmi bisa memperpanjang umur. Ketika kita sekarang para pegawai dan keluarganya hadir saling memaafkan di halal bihalal ini, semoga semua dipanjangkan umurnya,” kata Ustadz Zubaidi.

SLEMAN,- Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (Kopertais) merupakan kepanjangan tangan dari Kementerian Agama Republik Indonesia, melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam memberikan mandat dalam hal pembinaan, pengawasan kepada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta. Untuk perguruan tinggi Islam swasta di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menjadi bagian dari wilayah kerja KOPERTAIS Wilayah III.

Sebanyak 16 perguruan tinggi Islam di bawah naungan Kopertais Wilayah III DIY, memiliki forum komunikasi yaitu Forkom PTKIS Kopertais III DIY kependekan dari Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta, Kopertais Wilayah III DIY. Tahun 2024, Forkom PTKIS Kopertais III DIY, mengadakan rapat kerja sekaligus syawalan di Hotel Kukup Indah, Pantai Kukup Gunung Kidul DIY, Sabtu, 27 April 2024.
Rapat Kerja dengan tema Collaboration, Care, Share and Solution juga memiliki agenda pemilihan ketua Forkom PTKIS Kopertais III DIY masa bakti 2024-2027. Akhirnya terpilih sebagai ketua yaitu Dr. Nur Kholis S.Ag. SEI, M. SH.Ec yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia.

Rapat kerja, selain menuntaskan proses pemilihan Ketua Forkom PTKIS Kopertais III DIY, juga meneguhkan komitmen bersama untuk terus berkolaborasi memajukan PTKIS di wilayah DIY.

Di tempat terpisah, ketua terpilih Dr. Nur Kholis menyambut baik atas lahirnya komitmen bersama tersebut.
“Insya Allah, 17 Mei 2024 di FIAI akan diselenggarakan rapat tim inti untuk mempertegas pola kerjasama antar anggota Forkom PTKIS Kopertais III DIY. Ada semangat untuk saling bekerjasama, yang besar membantu yang kecil untuk peningkatan kualitas,” ungkap Dr. Nur Kholis.

Imbuhnya, ke depan Forkom PTKIS Kopertais III DIY memiliki beberapa agenda pengembangan, antara lain untuk ranah dosen akan dipikirkan agar jabatan fungsional di masing-masing kampus lancar. Selain itu mendorong kepatuhan terhadap amanat undang-undang termasuk tunjangan dari sertifikasi dosen. Bersama-sama mengurai sumbatan, hambatan dan kendala bagi dosen PTKIS, agar proses pengembangan karir dosen makin lancar.
”Menjadikan Forkom PTKIS DIY bagian dari jembatan aspirasi antara perguruan tinggi Islam dengan Kopertais Wilayah III DIY,” tegas Dr. Nur Kholis. (IPK)

Menjelang bulan Ramadan 1445 Hijriyah, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyiapkan serangkaian kegiatan untuk sivitas akademika.Salah satunya kegiatan berupa kajian rutin dengan tema Ramadan Berkualitas Kinerja Totalitas. Kajian rutin akan diselenggarakan sepanjang bulan Ramadan 2024/1445 H, diawali kajian perdana dengan menghadirkan Prof. Dr. H.M. Tamyiz Mukharrom, MA, guru besar FIAI UII.

Kajian perdana diselenggarakan di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5 Sleman, Jumat 8 Maret 2024, hari kerja terakhir sebelum libur panjang awal bulan Ramadan 2024. Kajian dibuka oleh Dekan FIAI UII, Dr.Drs Asmuni, MA sekaligus memberikan sambutan pembuka.

“Kita harus menunjukkan kebahagiaan dan semangat menyambut ramadan karena ada doktrin dalam Islam bahwa siapapun yang bersemangat menyambut ramadan tidak akan tersentuh api neraka. Salah satu upaya menyambut ramadan, dengan penyelenggaraan kajian bertema Ramadan Berkualitas KinerjaTotalitas ini,” sambut Dr. Asmuni disaksikan hadirin yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan.

Pada inti acara, Prof Tamyiz memberikan dorongan untuk selalu merasa senang menjelang datangnya bulan ramadan.
“Orang yang beriman ketika datangnya bulan ramadan hatinya senang. Meskipun harus puasa dari pagi hingga sore, tapi senang karena mengharap di akherat itu bahagia. Meskipun mau ibadahnya harus gimana-gimana, yah yang penting senang menjalankan perintah Allah, meskipun merasa tidak mampu, tapi menjalankan dengan penuh keimanan,” ungkapnya.

Prof Tamyiz menambahkan terkait kesejahteran, nasib di akherat nantinya, tidak akan ada bedanya antara dekan, wakil dekan atau profesor. Terpenting amal sholeh yang diterima Allah. Apapun profesinya semua sama, amal sholeh yang akan membuat bahagia, bukan sekedar karena ilmunya.

“Rasulullah meminta Umar bin Khattab memohon doa kepada Uwais Al-Qarni Yaman. Siapa dia? Uwais punya ilmu? Tidak. Dia ilmunya pas-pasan, sangat miskin, fakir dan yatim, hidup bersama ibunya yang lumpuh dan buta. Tidak mungkin kalau bukan ahli surga, diminta mendoakan Umar bin Khattab. Pastilah diterima amal sholehnya. Selain itu yang terpenting mencintai Allah dan rasul-NYA, ”

Prof Tamyiz menutup kajian dengan doa bersama, didahului pesan moral.
“Hal terpenting, sekali lagi menjalankan agama itu dengan senang dan bahagia. Bahkan saya merasa senang kalau ada yang bekerja secara totalitas, karena itu akan jadi amal sholeh,” katanya sebagai ungkapan penutup. (IPK)

 Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Narkotika Klas IIA Yogyakarta menempati area di Pakem Sleman mengadakan Pesantrenisasi Ramadhan 1445 Hijriyah bagi warga binaan pemasyarakatan putra. Pesantrenisasi akan dilaksanakan sepanjang bulan Ramadhan 1445 Hijriyah, diawali acara pembukaan sekaligus penandatanganan kerjasama dengan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia Jumat (08/03/2024). Kerjasama kedua belah pihak dalam rangka peningkatan kualitas keagamaan bagi warga binaan pemasyarakatan, dengan berbagai pelatihan dan pendampingan keagamaan agar selepas dari lapas mampu menjadi imam di masyarakat.

Pembukaan Pesantrenisasi Ramadhan 1445 H, diselenggarakan di masjid lapas, dihadiri antara lain oleh Sambiyo selaku Kabid Pembinaan Kanwil Kemenkumham DIY, Porman Siregar selaku Kepala Lapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta, Dr Asmuni selaku Dekan FIAI UII, Dr Anton Priyo Nugroho selaku Ketua Jurusan Studi Islam UII serta ratusan warga binaan pemasyarakatan.

Porman Siregar selaku Kepala Lapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta dalam sambutannya menyambut kerjasama dengan FIAI UII.
”Semoga segenap ustadz dan tim UII senantiasa diberikan kesehatan, sehingga dapat terus memberikan ilmu kepada warga binaan pemasyarakatan Lapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta. Dengan ilmu yang diberikan dari Tim UII akan menjadikan jalan terang saat nanti warga binaan kembali mengabdi kepada masyarakat. Misal ketika di masyarakat ada yang meninggal dunia, nantinya mampu memandikan jenazah, mengkafani dan mensholatkannya. Saatnya menjadi imam di tengah masyarakat, terus bermanfaat menjadi agen kebaikan,” kata Porman.

Dr. Asmuni, Dekan FIAI UII, mendukung kerjasama kedua belah pihak dalam rangka pengabdian kepada masyarakat.
”FIAI UII siap menjalankan amanah kerjasama dengan menghadirkan dosen agama Islam yang kompeten. Siap mendukung kerjasama hingga tahun 2025, tahun 2026, namun tidak dengan tahun 2027 karena semoga tidak ada lagi warga binaan pemasyarakatan di lapas ini, karena semua kondisinya sudah membaik tidak ada warga di lapas ini,” ujar Asmuni.

Asmuni menambahkan, harapannya dengan semakin banyaknya rohaniawan yang dilibatkan dalam proses pembinaan di lapas, dan sosialisasi di masyarakat, akan meningkatkan kesadaran, sehingga kejahatan menurun. FIAI UII siap mendampingi sampai kapanpun untuk pengabdian kepada masyarakat.

Selepas acara sambutan, diteruskan dengan penandatanganan kerjasama antara FIAI UII dan LAPAS Narkotika Klas IIA Yogyakarta, dalam rangka pendampingan pembinaan ilmu keagamaan bagi warga binaan pemasyarakatan. (IPK)

Menjelang datangnya bulan Ramadhan 2024 atau 1445 Hijriyah, ilmu falak menjadi bahasan dan pedoman masyarakat untuk menentukan awal bulan Hijriyah bagi umat Islam. Dalam rangka mengembangkan kajian ilmu falak, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Program Doktor Hukum Islam dan Prodi Hukum Keluarga/Ahwal Syakhshiyah mengadakan seminar nasional dan peresmian Galeri Ilmu Falak, Kamis (7/3/2024) di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5, Sleman.

Galeri Ilmu Falak FIAI diresmikan langsung oleh Rektor UII Prof. Fathul Wahid. ST. M.Sc. Ph.D, didampingi Dekan FIAI Dr Asmuni, Kaprodi Doktor Hukum Islam Dr Anisah Budiwati, serta para narasumber seminar nasional dari UGM, UIN Sunan Kalijaga, Kanwil Kementerian Agama Provinsi DI Yogyakarta disaksikan ratusan mahasiswa dan tenaga kependidikan FIAI UII.

Dalam sambutan pembuka seremoni peresmian, Rektor UII mengapresiasi atas inisiatif pengembangan Galeri Ilmu Falak.
”Tidak semua orang punya kemampuan untuk mengimajinasikan dengan mudah, sehingga kehadiran Galeri Ilmu Falak ini diharapkan membantu kita untuk melihat yang abstrak itu menjadi lebih terlihat, dan itu akan memudahkan. Misalnya ketika bicara ilmu falak, hanya hitung-hitungan saja tidak digambarkan, akan susah membayangkan, misal titik azimut, nadirnya, dan lain-lain. Itu kalau tidak digambarkan itu susah, tetapi ketika ada visualisasi menjadi mudah, dan kita berharap galeriilmu falak yang akan diresmikan sebentar lagi, akan membantu kita selain untuk memudahkan kajian juga akan mendorong kajian-kajian yang lebih lanjut ke depannya dan kita berharap juga akan menarik minat, perhatian dari lebih banyak orang lagi,” kata Prof Fathul Wahid.

Galeri Ilmu Falak FIAI UII selanjutnya akan dikelola oleh Prodi Hukum Keluarga /Ahwal Syakhshiyah untuk pengembangan dan kajian yang bisa dimanfaatkan untuk mahasiswa, dosen dan umum. Peresmian dilakukan menjelang datangnya bulan Ramadhan 2024, meskipun ada perbedaan metode penentuan awal bulan Hijriyah antara Pemerintah Republik Indonesia (RI) dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Pemerintah RI menjadwalkan Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadhan 2024 pada Minggu, 10 Maret 2024 di Kementerian Agama, Jakarta Pusat, pukul 17.00 WIB. Sedangkan PP Muhammadiyah melalui Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 telah menetapkan awal bulan Ramadhan 2024 adalah Senin, 11 Maret 2024, ditetapkan berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal.


Menanggapi perbedaan ini, Rektor UII berharap masyarakat lebih terbuka terhadap perbedaan metode penentuan awal Ramadhan 2024.

“Kalau boleh jujur sampai hari ini yang menekuni bidang ilmu falak ini tidak banyak, padahal menjadi salah satu instrumen penting dalam beribadah. Hampir selalu dalam titik-titik kritis menjadi isu. Besok hari Ahad, insya Allah menjadi isu lagi. Senin apa selasa? itukan karena ilmu falak dan kalau berbeda tidak masalah selama tahu ilmunya masing-masing sehingga dengan mendalami ilmu falak mudah-mudahkan menjadikan kita lebih terbuka perpektifnya, lebih jauh horisonnya dan lebih bisa menerima perbedaan-perbedaan selama itu dilandasi dengan argumen-argumen yang ilmiah. Untuk itu ibu bapak, mohon doa restunya atas galeri yang akan diresmikan sebentar lagi, semoga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, tidak hanya untuk UII tapi untuk khalayak yang lebih luas,” tutup Rektor UII, Prof Fathul Wahid, yang setelah sambutan menuju prosesi peresmian dengan menggunting pita menandai dibukanya Galeri Ilmu Falak FIAI UII, diteruskan dengan meninjau ruang galeri sambil berdiskusi dengan dosen dari UII, UGM dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga Kenenterian Agama DIY, disaksikan para mahasiswa yang hadir. (IPK)

SLEMAN. HUMAS – Program Doktor Hukum Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) selenggarakan workshop Lecture Series anda Workshop, Maqasid Methodology selama 2 hari, 26 dan 27 Februari 2024. Workshop diselenggarakan  di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5 Sleman. Peserta workshop terdiri dari para dosen dan mahasiswa program doktor, baik hadir secara tatap muka maupun melalui live streaming.

Narasumber utama Prof. Dr. Jasser Auda, President of the Maqasid Institute yang juga menjadi Profesor tamu Hukum Islam di Carleton University Canada. Narasumber kedua  Dr. Addiarahman, S.H.I, M.H.I  Executive Director of Maqasid Institute Indonesia, juga alumni Program Magister Ilmu Agama Islam FIAI UII yang saat ini menjadi dosen Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Ketua Program Studi Doktor Hukum Islam, FIAI UII, DrAnisah Budiwati, SHI., M.H 
”Prof Jasser Auda adalah ulama yang cukup dikenal secara internasional, sehingga Program Doktor Hukum Islam tertartik untuk mengundang menjadi narasumber workshop secara tatap muka bagi dosen dan mahasiswa program doktor sebagai perluasan wawasan dan memperkaya studi keislaman,” katanya.

Hari pertama workshop, Senin 26 Februari 2024, Prof Jasser Auda mengutarakan bahwa Islam merupakan the way of life. Pentingnya memahami tujuan sebagai dasar dalam kajian keilmuan dalam upaya taqsid dan pendekatan komprehensif untuk memahami kajian Islam secara utuh, sehingga tidak parsial sebagai upaya ta’liluk memahami kajian Islam secara utuh, sehingga tidak parsial upaya ta’lil. 

Selanjutnya, pada workshop hari kedua, Selasa 27 Februari 2024, Prof. Jasser Auda menggambarkan adanya lima langkah yang harus ditempuh dalam metodologi maqasid  yaitu pertama mendefinisikan tujuan, kedua melakukan refleksi berulang atas Al-Qur’an dan Sunnah, ketiga membangun kerangka berpikir berbasis pandangan dunia Islam, keempat melakukan kajian kritis atas literatur dan realitas dan  membangun teori prinsip baru. Lima tahapan tersebut yang menjadi bahasan utama dalam metodologi maqasid yang dijadikan acuan oleh banyak kalangan dalam pengaplikasian maqasid era modern.

Dalam pemaparan salah satu poin tahapan Maqasid Methodogy, Prof Jasser Auda memperdalam bahasan
”Critical Studies of Literature and Reality merupakan hal yang krusial era ini. Contohnya praktik perbankan syariah saat ini secara teori sudah sangat baik, namun menurut pandangannya praktik tersebut terdapat kesenjangan dengan realita yang ada. Sehingga, hal tersebut menjadi tugas bersama. Manusia saat ini sudah dapat membuat teori yang amat bagus tersebut namun bagaimana pengaplikasiannya belum dapat dilaksanakan dengan baik,” jelasnya.

Lebih lanjut, dikatakan bahwa metodologi maqasid diawali dari kerangka berpikir dari tujuan elemen konsep mafahim, tujuan maqasid, nilai qiyam perintah awamir, hukum alam atau sunatullah sunan ilahiah, pengelompokan fi’at dan dalil-dalil hujaj yang terdapat dalam al-Qur’an. Pengembangan studi Islam masa depan akan berbasis pada metodologi maqasid dengan rumusn kategori dan klasifikasi kajian dalam empat kategori, pertama kajian ushuli, kajian berbasis disiplin ilmu, kajian fenomena dan kajian strategis.

Narasumber lain yaitu Dr. Addiarahman, S.H.I, M.H.I dari Jambi
“Maqasid berorientasi ke masa depan, baik untuk kehidupan di dunia maupun akherat. Sebab itu, maqasid mengarahkan penerapan perencanaan strategis. Namun, sekalipun beriorientasi ke masa depan, maqasid tidak menstigmatisasi masa lalu. Sebaliknya, mempelajarinya untuk gambaran masa depan,” kata Addiarahman.

Tambahnya, Maqasid membentuk kriteria atau ukuran kritis atas cara berfikir atau realitas keilmuan, maupun perilaku dan tindakan dan realitas peradaban manusia. Untuk itu, maka maqasid juga mengarahkan berfikir komprehensif atau disebut juga webs of meaning. Meletakkan maqasid dalam kerangka umum untuk menjawab berbagai isu. Sehingga, merekognisi pentingnya ijtihad yang berorientasi masa depan, kritis, dan komprehensif pada aspek pendidikan, penelitian, dan aksi. (IPK)

Jurusan Studi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam (JSI FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta selenggarakan Diskusi Penyegaran Nilai-Nilai UII untuk dosen. Diskusi diselenggarakan dengan menghadirkan seluruh dosen FIAI UII, Kamis, 15 Februari 2024 di Gedung KHA Wahid Hasyim lantai III, Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang, Yogyakarta. Sebagai narasumber yaitu Drs.H. Syafaruddin Alwi, MS., Ketua Pembina Yayasan Badan Wakaf UII periode 2008 hingga 2018, dan Prof. Fathul Wahid, ST, M.Sc, Ph. D, Rektor Universitas Islam Indonesia.

Dekan FIAI UII, Dr. Drs.Asmuni, MA, membuka acara sekaligus memberikan sambutan.
“Kegiatan ini merupakan kegiatan yang penting di antara kegiatan yang penting lainnya, terutama di tahun 2024 ini. Nilai menjadi suatu yang penting bagi sivitas akademika UII. Merujuk pada majalah Forbes USA, ada 4 pertanyaan yang terkandung dalam nilai universitas. Pertama, apa yang harus dilakukan oleh institusi. Kedua, bagaimana dia mengerjakannya. Ketiga, untuk siapa dia mengerjakannya. Empat, nilai apa yang harus diberikan kepada mereka yang terafiliasi oleh lembaga pendidikan tersebut. Pertanyaan ini menjadi penting. Itulah kenapa UII senantiasa melekatkan nilai-nilai keagamaan dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan,” kata Asmuni.

Dalam sesi diskusi, Drs.H. Syafaruddin Alwi, MS memantik hadirin dengan pemaparan sejarah UII.
“Sekolah Tinggi Islam (STI) hanya mempunyai satu tujuan untuk mengembangkan Islam yang awal dibentuknya Fakultas Syariah dan Tarbiyah, yang menjadi jati diri STI. Kemudian berkembang, karena pendiri UII berlandaskan nilai dasar keislaman dan kebangsaan.  Kebangsaan meliputi ilmu lain yang menyangkut rahmatan lil ‘alamin, lulusan akan menjadi pemimpin bangsa,” kata Syafaruddin.

Imbuhnya, UII memegang nilai semangat Al Qur’an yaitu QS Ar Ra’du: ayat 11  yang artinya tidak akan berubah suatu kaum, apabila kaum tersebut tidak mengubahnya. Ini merupakan nilai sakral dan tidak akan hilang. Nilai harus harus selalu ditanamkan, jalankan dan pegang selama mengabdi di UII.

”Jangan sampai institusi hancur karena ada 1 orang yang tidak memegang nilai yang dianutnya. Apakah I’m UII sudah menjadi ruh kita? Mengapa kita perlu mempelajari UII? Karena dalam Al Qur’an, masa lampau menentukan hari esok. Harus diingat tujuan STI didirikan untuk mendidik dan menyatukan umat Islam agar terhindar dari kebodohan dan mencetak kader pemimpin bangsa. Kalau dosen dan akademisi hanya mendorong mahasiswa untuk lulus, belum ada rohnya, harus diarahkan agar mahasiswa setelah lulus dapat menjadi pemimpin,” jelas Syafaruddin.

Pada sesi kedua diskusi, narasumber pemantik yaitu Prof. Fathul Wahid, ST, M.Sc, Ph. D, Rektor Universitas Islam Indonesia.
”Sumber nilai bisa dari 2 sumber, karena selain dari sumber resmi ada nilai yang dilihat atas interpretasi aktivitas baik pada masa lampau, ada juga nilai yang diyakini dan dijalankan oleh para pendiri atau aktor-aktor pada masa lampau, banyak yang tidak tercatat. Padahal apabila setiap nilai yang didapat dan diterima, kemudian diinternalisasi itu menjadi suatu nilai yang sangat luar biasa, melengkapi nilai-nilai yang sebelumnya sudah terdokumentasi,” ungkap Fathul.

Imbuhnya, FIAI merupakan fakultas ideologis dan harus tumbuh berkembang. FIAI tidak bisa ada hari ini, tanpa peran aktor-aktor masa lampau. Jangan pernah melihat masa lalu dengan kacamata hari ini. Pentingnya hormat pada masa lalu. Apabila menolak kenyataan, tidak akan sempat mendiskusikan dalam hal masa depan, itu bahaya. Pendirian UII sebetulnya sudah ada sejak tahun 1930an, pada tahun tersebut sudah ada rencana dan keinginan ada perguruan tinggi Islam. Memang UII sejak awal sudah menjadi aktor penting dalam Republik Indonesia. (DES?IPK)