Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar observasi Gerhana Matahari Total (GMT) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Rabu 29 Jumadil Ula 1437 H/9 Maret 2016.

1. FIAI UII gelar observasi Gerhana Matahari Total 2016 di Palangkaraya Kalteng.Menurut Drs. H. Sofwan Jannah, M.Ag, dosen tetap Program Studi Hukum Islam (PSHI) FIAI, GMT menjadi barometer sistem hisab yang berkembang di Indonesia. Sebab, lebih dari 30 sistem harus diuji dengan realitas gerhana di lapangan. “GMT total adalah ijtima’ yang dapat disaksikan oleh orang lain dan dapat didokumentasikan,” ujar Sofwan.

Lebih lanjut anggota Badan Hisab Rukyat (BHR) Nasional ini mengatakan Kota Palangkaraya berada di titik sentral GMT. Sehingga relatif lebih lama penampakannya. Hasil hisab GMT dapat dikonfirmasi dengan kejadian gerhana yang dapat disaksikan di lapangan secara langsung. “Sejak gerhana awal total dan gerhana akhir total,” tutur dosen yang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Kajian dan Bantuan Hukum Islam (PKBHI) FIAI tersebut.

Observasi diadakan di Masjid Raya Darussalam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangkaraya oleh tim FIAI UII. Tim terdiri dari Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA (Dekan FIAI), Prof. Dr. H. Amir Mu’allim, MIS (Ketua PSHI), Dr. Drs. H. Sidik Tono, M.Hum (Ketua PKBHI), Drs. H. Sofwan Jannah, M.Ag (Dosen Ilmu Falak PSHI), dan Ahmad Nurozi, SHI., MSI (Dosen PSHI). Tim bekerjasama dengan Fakultas Syariah IAIN Palangkaraya dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Palangkaraya.

Ratusan masyarakat tampak antusias mendatangi Masjid Raya Darussalam untuk mengikuti shalat gerhana matahari (Shalat Kusuf). Jamaah juga menyaksikan simulasi dan praktik langsung melihat GMT dengan teleskop yang dibawa oleh FIAI UII. Saat terjadi GMT suasana menjadi gelap gulita. Hal itu berlangsung selama kurang lebih 2 menit 29 detik.

Tidak hanya mengamati GMT, Tim FIAI UII juga mengadakan hisab-rukyat penentuan awal bulan Jumadil Akhir 1437 Hijriah sore harinya di Lantai 9 Aquarius Boutique Hotel, Palangkaraya. Selain itu tim juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dan Memorandum of Agreement (MoA) antara FIAI UII dengan Fakultas Syariah IAIN Palangkaraya Kalimantan Tengah dan Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Tengah, Kamis 01 Jumadil Akhir 1437 H/10 Maret 2016.

MoU dan MoA mencakup pelaksanaan pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, hisab-rukyat, dan konsultasi hukum Islam di kantor Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Tengah dan di IAIN Palangkaraya. (Samsul Zakaria/AN)

Rabu, 29 Jumadil Ula 1437 H/9 Maret 2016 merupakan hari yang istimewa. Pasalnya pada hari itu 8 provinsi di Indonesia akan dilewati Gerhana Matahari Total (GMT). Sementara di Yogyakarta tidak terjadi GMT karena persentase matahari tertutup kurang lebih hanya 83 persen. Namun demikian hal ini bagi masyarakat Yogyakarta tetap merupakan peristiwa langka dan salah satu tanda kebesaran Allah.

Sebagai wujud kepedulian Universitas Islam Indonesia (UII), Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPA) bekerjasama dengan Pusat Kajian dan Bantuan Hukum Islam (PKBHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) melakukan rangkaian Shalat Kusuf di Masjid Ulil Albab UII. Shalat Kusuf secara sederhana dapat dimaknai sebagai shalat yang dilakukan karena terjadinya gerhana matahari.

0Rangkaian Shalat Kusuf dimulai dari pemaparan Materi Ilmiah Peristiwa Gerhana oleh Anisah Budiwati, SHI., MSI. Dia menerangkan terjadinya gerhana di aspek ilmiah-akademis. Menurutnya, GMT hanya terjadi di Indonesia. “GMT dapat dikatakan benar-benar milik Indonesia,” ujar Dosen Tetap Hukum Islam FIAI yang menyelesaikan Master Ilmu Falak di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang tersebut saat diwawancari reporter UII News, Kamis, 01 Jumadil Akhir 1437 H/10 Maret 2016.

Setelah pemaparan materi, pukul 06.30 WIB, jamaah yang sudah memadati Masjid Ulil Albab dipersilakan melihat pengamatan gerhana matahari dengan theodolite di atas Masjid. Selain itu, jamaah juga dapat melihat gerhana dengan kacatama gerhana (eclipse glasses) yang telah disediakan panitia.

Menjelang pukul 07.00 WIB jamaah diarahkan untuk kembali ke Masjid Ulil Albab untuk bersiap menunaikan Shalat Kusuf berjamaah. Bertindak selaku imam, al-Akh Heri Efendi (Ketua Takmir Masjid Ulil Albab). Sementara khutbah disampaikan oleh Direktur DPPAI, Dr. H. Muntoha, SH., M.Ag.

Dalam khutbahnya, Dr. Muntoha mengajak jamaah untuk merenungi kebesaran Allah yang ditampakkan melalui gerhana matahari. Menurutnya, ada beberapa mitologi yang perlu diluruskan tentang gerhana matahari tersebut. Ada yang memukul-mukul benda tertentu karena menganggap matahari sedang dimakan makhluk halus. “Mereka menganggap berhasil upaya itu seiring kembalinya matahari ke posisi normal,” tuturnya.

Ada juga yang menyangka gerhana matahari berkaitan dengan peristiwa kematian atau kelahiran. Sementara, bila merujuk hadits Nabi Muhammad semua itu tidak benar. Gerhana matahari adalam salah satu bukti kebesaran Allah dan tidak berkaitan dengan musibah apapun. Ketika terjadi gerhana, disunnahkan untuk shalat, beristighfar, dan bersedekah.

Dr. Muntoha memaparkan bahwa gerhana terjadi karena antara matahari, bulan, dan bumi membentuk garis lurus. Sehingga sinar matahari yang seharusnya sampai bumi tertutupi oleh bulan. Maknanya, gerhana matahari dapat dijelaskan secara ilmiah. Dengan demikian sains telah membuktikan kesalahan mitologi tentang gerhana. “Namun jangan sampai hal ini menjadikan adanya kesombongan ilmiah,” harapnya. (Samsul Zakaria)

Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) terus melakukan inovasi dan kreasi. Salah satunya di tahun ini adalah dengan menggelar acara FIAI Awards 2016. Acara tersebut bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada siapa saja yang telah berkontribusi dalam pengembangan FIAI.

9 (2)Dekan FIAI Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA dalam sambutannya memberikan respon positif atas acara tersebut. Dia memberikan sedikit gambaran tentang acara tersebut. “Untuk dosen dan tenaga kependidikan masing-masing ada 6 nama nominasi,” ungkapnya dalam acara yang digelar di Auditorium Kahar Mudzakkir, Kamis 22 Jumadil Akhir 1437 H/31 Maret 2016. Penentuan nominasi berdasarkan hasil polling yang dilakukan mahasiswa. Selanjutnya dalam acara puncak tersebut akan diumumkan siapa yang terbaik dari nominasi tersebut.

Selain dosen dan tenaga kependidikan, LEM FIAI juga memberikan apresiasi kepada mahasiswa yang sudah terlibat aktif dalam kegiatan mahasiswaan. Dari 6 nominasi akhirnya diumumkan Dosen Terfavorit yaitu Dr. Hujair AH Sanaky, MSI. Dia adalah dosen Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) yang saat ini menjabat sebagai Direktur Paskasarjana (PPs) FIAI UII.

Sementara dari tenaga kependidikan, dari 6 nominasi terpilihlah Purwanto Notorejo sebagai tenaga kependidikan (tendik) terfavorit. Dia adalah tendik yang bertugas sebagai Staf Divisi Akademik dan SIM FIAI.

Dr. Hujair AH Sanaky, MSI mengapresiasi acara tersebut. “Sudah bagus kegiatannya dan ke depan lebih ditingkatkan lagi pada variasi kegiatannya. Evaluasi atau penilaian dosen lebih variatif karena ada tiga prodi. Tapi prinsipnya kegiatan FIAI Awards positif dan ditingkatkan untuk yang akan datang,” tuturnya. (Samsul Zakaria/FIAI)

Dalam rangka memeriahkan milad Universitas Islam Indonesia (UII) yang ke-73, Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII menggelar acara Sinau Bareng Cak Nun dan Kiyai Kanjeng. Hadirnya budayawan yang memiliki nama asli Emha Ainun Najib bersama Kiai Kanjeng di Kampus Terpadu UII ini, Ahad 25 Jumadil Akhir 1437 H/03 April 2016 memperoleh antusiasme dari para mahasiswa dan juga masyarakat umum yang hadir.

8Sinau Bareng Cak Nun tersebut mengambil tema Meneladani Kepemimpinan Rasulullah SAW melalui Pendidikan, Ekonomi Islam, dan Hukum Islam Menuju Manusia Seutuhnya. Turut hadir dalam acara ini Direktur Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) UII, Dr. Drs. Muntoha, SH., M.Ag., Dekan FIAI UII, Dr. Tamyiz Mukharrom, MA., Wakil Dekan FIAI UII, Dra. Sri Haningsih, M.Ag., dan Ketua Milad UII ke-73, Priyonggo Suseno, M.Sc.

Menurut Priyonggo, diselenggarakannya acara Sinau Bareng Cak Nun tersebut dalam rangka menjadikan UII sebagai rahmatan lil ‘alamin. Beberapa misi utama didirikan FIAI UII menurut Priyonggo Suseno yakni untuk mendidik mahasiswa dan masyarakat Indonesia agar menjadi masyarakat yang berpendidikan baik. Oleh karenanya pada waktu itu kemudian lahirlah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI).

Selain itu disampaikan Priyonggo Suseno, misi dari FIAI UII juga mengajarkan hidup yang temoto (tertata). Oleh karenanya kemudian didirikan Program Studi Syariah atau Hukum Islam. Sementara misi lainnya agar manusia tidak nelongso (sengsara) kemudian dibuatlah Program Studi Ekonomi Islam. Lebih lanjut disampaikan Priyonggo Suseno, tujuan utama dihadirkannya Cak Nun dan Kia Kanjeng di UII bagaimana ilmu yang kita ajarkan, kita dapatkan, belajar dan mempelajari itu bisa kita implementasikan kepada masyarakat.

Lebih lanjut dituturkan Priyonggo Suseno, dengan adanya acara sinau bareng diharapkan lulusan FIAI dan UII pada umumnya tidak hanya bisa berkarya dalam kampus, tetapi juga dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Sejauh ini menurutnya beberapa mahasiswa UII telah berhasil menunjukkan prestasinya, seperti dalam acara debat dan inovasi mobil listrik. “Mahasiswa tidak menjadi menara gading, yakni berkarya di kampus tetapi tidak dapat berkarya di luar,” ungkap Priyonggo Suseno.

Sementara itu, Dekan FIAI, Dr. Tamyiz Mukharrom, MA., mengapresiasi acara tersebut. Menurutnya, FIAI baru kali pertama mengundang Cak Nun. Dia memberikan penghargaan kepada LEM FIAI yang telah bekerja keras mensukseskan acara tersebut. Sementara sambutan Rektor UII diwakilil Direktur DPPAI, Dr. Drs. Muntoha, M.Ag. Baginya, 73 tahun bila dikaitkan dengan usia manusia tentu sudahlah tua. Namun UII tidak boleh bermental tua namun terus muda untuk berubah dan berkarya.

Sementara itu, Cak Nun memaparkan beberapa prinsip sederhana meneladani Nabi Muhammad SAW. Cak Nun memulai dengan mengajak audiens mendata sifat-sifat atau kualitas utama Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya dihubungkan dengan berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan, dan hukum. Beberapa kualitas yang ada pada Nabi Muhammad SAW seperti disampaikan Cak Nun yaitu Nabi yang al-amin (terpercaya), an-Nabi al-Ummiy, an-Nabi al-Ma’sum, Nabi sebagai Yaqut (permata), Nabi sebagai Abdan Nabiyya (Hamba yang Nabi), dan sebagai Habibullah (Kekasih Allah).

Dalam acara yang berlangsung lancar tersebut Cak Nun juga selelau merespon setiap pertanyaan yang dilontarkan. Diantaranya tentang ‘abdan Nabiyya dan Nabi al-ummiy, yang intinya dunia ini hanyalah tempat mengumpulkan bahan-bahan atau batu bata, sedangkan membangunnya nanti di surga. “Tak apa menderita di dunia, sebab yang terpenting adalah memperjuangkan akhlaknya,” tutur Cak Nun yang oleh salah satu penanya di sebut sebagai guru bangsa.

Cak Nun juga kembali mengingatkan bahwa misi penting Rasulullah adalah menyempurnakan akhlak. Oleh karena itu di atas hukum sesungguhnya masih ada akhlak. Dengan demikian akhlak adalah buah dari keberimanan seseorang. Acara yang berakhir jelas pukul 01.00 dini hari tersebut menjadi lebih berkesan dengan lagu-lagu yang dibawakan Kiyai Kanjeng. (Samsul Zakaria/FIAI)

Abi Yajid Bustami adalah mahasiswa Program Studi (Prodi) Ekonomi Islam (Ekis) angkatan 2013 yang mengikuti ASEAN Arabic Teaching Program (AATP) 2016. AATP atau disebut juga al-Barnaamij al-Aasiyaaniyah Li Ta’liim al-Lughah al-‘Arabiyah adalah acara yang disponsori oleh Datuk Trengganu, Malaysia. Abi mengikuti AATP selama 1 bulan, 21 Jumadil Ula-20 Jumadil Akhir 1437 H/01-29 Maret 2016.

‡

‡

“Mengajar Bahasa Arab dengan menerapkan sistem dan metode pembelajaran modern selama berada di Madrasatut Ta’liim wat Tarbiyah Trengganu. Seperti pemberian kosakata Bahasa Arab setelah Shalat Shubuh,” papar Abi saat ditanya apa saja kegiatan selama mengikuti AATP, Kamis 01 Jumadil Akhir 1437 H/07 April 2016. “Mengajar Bahasa Arab dengan merujuk kitab-kitab dasar seperti Darsul Lughah, al-Muthaala’ah, dan Hadiits Kulla Yaumin,” tambahnya.

Untuk lebih memantapkan hafalan para siswa, Abi mengadakan pengulangan kosakata setiap selesai Shalat Dhuhur. “Dan mengajarkan Kitaab Hadiits Kulla Yaumin setelah Shalat Isya,” tutur alumnus Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Pono

rogo Jawa Timur tersebut. Menurut Abi, agenda mengajar Bahasa Arab tersebut akan diadakan kembali di Thailand.

 

Mulai pertama datang, Abi mengajar di Madrasatut Ta’liim wat Tarbiyah Kampung Alor Belulu, Jabi, Besuk, Trengganu Darul Iman, Malaysia. Di akhir program Abi bersama pengajar lain mengunjungi Thailand dan Filipina untuk menjalin kerjasama dengan madrasah dan pesantren yang ada di sana. “Alhamdulillah, kegiatan ini sangat bermanfaat. Saya dapat banyak pengalaman mengajar dan bersosialisasi dengan pelajar-pelajar Malaysia,” ceritanya.

“Harapan saya kedepannya, teman-teman UII juga ada yang mengikuti kegiatan ini. Sebagaimana cita-cita UII menjadi universitas yang rahmatan lil ‘aalamiin bukan rahmatan li Indonesia saja,” tuturnya. Selama kegiatan, sponsor menanggung kebutuhan makan, tempat tinggal, uang saku, transportasi, dan rekreasi. “Bawa pakaian dan perlengkapan mengajar saja,” kenangnya. (Samsul Zakaria/AYB)

Salah satu problem yang dihadapi umat Islam hari ini baik di Indonesia maupun di negara muslim lainnya ialah tiadanya sistem baku (unifikasi) penanggalan yang menyatukan seluruh aktivitas dan kegiatan umat muslim di seluruh penjuru dunia.

5Ketiadaan sistem penanggalan yang terunifikasi ini berdampak pada rentetan masalah serius. Diantaranya terjadi pertikaian-pertikaian terus-menerus pada saat memasuki momen-momen penting seperti Ramadhan, Idul Fitri maupun Idul Adha baik lokal maupun global.

Persoalan yang sering dipertanyakan yang menjadi ironi mengapa dalam usia yang panjang (kurang lebih 14,5 abad), umat Islam belum mampu membuat sebuah sistem kalender pemersatu yang dapat menampung permasalahan agama (ibadah) dan duniawi sekaligus?

Berkenaan hal tersebut, bertempat di Kampus UII Demangan, Senin, 15 Rabi’ul Akhir 1437 H/25 Januari 2016, Pusat Studi Islam Universitas Islam Indonesia (PSI UII) menggelar diskusi terbatas dengan tema “Upaya Penyatuan Kalender Hijriah bagi Umat Muslim”.

Hadir sebagai narasumber Drs. H. Sofwan Jannah, M.Ag. Dalam paparannya bahwa ia menyampaikan tentang sebab terjadinya perbedaan dalam penentuan awal bulan. “Perbedaan yang terjadi di dalam internal umat Islam ini selain karena perbedaan penafsiran tentang penentuan awal bulan kalender hijriah juga disebabkan karena perbedaan metode yang digunakan oleh umat Islam itu sendiri,” ujarnya.

Hadir pula sebagai narasumber dan sekaligus Direktur PSI UII, Drs. Yusdani, M.Ag. Dalam paparannya dia mengatakan bahwa penyatuan sistem penanggalan adalah ‘PR’ yang harus dilunasi. “Belum terunifikasinya sistem penanggalan umat Islam merupakan utang peradaban (civilizational imperative) yang harus dibayarkan,” tutur Dosen Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) tersebut.

Hal ini sesungguhnya menjadi bahan penting untuk pengembangan keilmuan. “Maka perlu menciptakan dialektika keilmuan yang dapat mempertajam ide dan gagasan untuk mewujudkan kalender Islam internasional,” lanjutnya.

Diskusi mendapat respon dan antusisme yang tinggi dari peserta. Diskusi dihadiri anggota PSI UII dan mitra serta jaringan PSI UII. Seperti sering diberitakan sebelumnya, PSI UII konsen untuk merespon masalah kontemporer dalam rangka memberikan pencerahan kepada umat muslim. (Samsul Zakaria/Iqbal Zen)

Salah satu wadah yang menyatukan universitas Islam di dunia adalah Federation of the Universities of the Islamic World atau biasa disingkat FUIW. Hadirnya FUIW menjadi penting untuk menyatukan misi bersama universitas Islam di dunia. Disamping untuk melakukan kerja bersama (ta’awun) untuk pengembangan keilmuan universitas Islam.

Berkenaan dengan hal ini, Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA., mewakili Rektor UII menghadiri The 20 Session of Executive Council of FUIW di Imam Muhammad ibn Suud Islamic University, Riyadh, Saudi Arabia, Selasa-Kamis, 3-5 Rabi’ul Awwal 1437 H/15-17 Desember 2015.

4Dalam pertemuaan yang dihadiri pimpinan universitas Islam sedunia tersebut dibicarakan banyak hal. Pada prinsipnya, FUIW mendorong kerjasama antara perguruan tinggi Islam. Selain itu, dibicarakan tentang pengembangan dosen (muhadhir), riset internasional, kajian Islam Asia Tenggara, dan lain-lain.

Sebelumnya, Dekan FIAI dalam lawatannya juga melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Zaitunah University, Tunisia. MoU tersebut sedang digodog lebih lanjut dan dituangkan dalam Memorandum of Agreement (MoA).

Salah satu rencana strategis MoU dan MoA tersebut adalah pengiriman mahasiswa FIAI untuk kuliah selama 1 tahun di Zaytunah University. Dengan kuliah 1 tahun mahasiswa akan mendapatkan double ijazah, dari UII dan dari Zaytunah University. (Samsul Zakaria)

Peran aktif mahasiswa untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai cara. Salah satunya dengan mengadakan acara perlombaan antar Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) se-DIY. Berkaitan dengan itu, Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Jama’ah Al-Faraby (JAF) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII sukses menggelar acara Jamb3.5ore Anak Muslim (JAM) ke-6.

Acara pembukaan dilakukan di Auditorium Fakultas Teknik Industri, Minggu, 14 Rabi’ul Akhir 1437 H/24 Januari 2016. Acara yang rutin digelar setiap tahun sejak 2011 ini berhasil menarik minat pengelola TPA se-DIY. Terbukti, JAM ke-6 diikuti oleh 44 TPA dengan jumlah total peserta 294 anak/santri.

JAM diadakan untuk melatih minat bakat
yang dimiliki para santri TPA. “Acara ini diadakan agar dapat berperan aktif dalam mengembangkan potensi anak bangsa yang dimiliki, dan juga dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka,” ungkap Suriansyah selaku Ketua Panitian JAM ke-6.

Dengan melakukan acara tersebut, JAF berkontribusi untuk menyiapkan generasi yang ber
mental juang tinggi. “Melalui acara ini harapannya selain silahturahim antar TPA juga dapat menumbuhkan jiwa berkompetisi. Karena, memasuki era globalisas3.4i persaingan semakin ketat sehingga sedini mungkin perlu memupuk jiwa kompetitif untuk masa depan,” tutur Fakhri Aulia Rahman, Ketua LDF JAF FIAI.

Dalam JAM ke-6 ini digelar beberapa tangkai perlombaan. Mulai dari Cerdas Cermat Agama Islam (CCAI), Kaligrafi, Tilawah, Adzan, Da’i/Da’iyah, Puisi Islami, Hafalan Surat-surat Pendek, dan Fashion Show Islami.

Setelah direkap, TPA al-Islam Yogyakarta berhak membawa pulang piala Juara Umum JAM ke-6. TPA al-Islam berhasil memenangi 2 tangkai lomba. Pertama, juara 1 Puisi Islami atas nama Nafisa Azizah Nidaan Jihaada. Kedua, juara 2 Da’i/Da’iyah atas nama Arqam Faiz Ramadhan Jihaada. (Samsul Zakaria/JAF)

Jumat, 05 Rabiul Akhir 1437 H/15 Januari 2016 adalah hari istimewa bagi keluarga besar Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII. Selain sayyidul ayyām, hari itu FIAI kedatangan tamu dari Yordania. Nama lengkapnya Ustadz Mahmud bin Muhammad bin ‘Abdi Rabbihi al-Hunaithiy al-Urduniy. Dia adalah sosok yang diamanahi untuk menjaga Gua Ashhabul Kahfi (Cave of the Seven Sleepers) di Yordania.

Kepada civitas akademika yang hadir, Ustadz Mahmud bercerita tentang sejarah Ashhabul Kahfi. Ashhabul Kahfi yang seolah hanya tidur sehari atau dua hari di gua padahal hakikatnya 309 tahun menjadi pembuka cerita Ustadz Mahmud. Allah membolak-balikkan badan Ashhabul Kahfi (ke kanan dan ke kiri) agar darah mereka tidak beku. “Wa nuqallibuhum dzātal yamīni wa dzātasy syimāl,” dikabarkan Al-Qur’an.

Ustadz Mahmud jug2.1a bercerita bahwa Ahshabul Kahfi itu terdiri dari 7 orang pemuda (sab’atu fityah) dan seekor anjing. Kisah lengkap Ashhabul Kahfi itu dapat dibaca di Al-Qur’an Surat al-Kahfi, surat ke-18. Surat al-Kahfi sendiri sebagaimana khabar yang masyhur disunnahkan untuk dibaca pada hari Jumat.

Menurut cerita Ustadz Mahmud, yang menjadi penjaga atau juru kunci Gua Ashhabul Kahfi semua dari keluarganya. Sehingga, silsilahnya nyambung sampai penjaga gua yang pertama. “Saya kuliah di jurusan Teknik Sipil (Handasah Madaniyyah) namun diamanahi untuk menjadi juru kunci gua,” tutur Ustadz Mahmud sembari bercanda.

Setelah mendengar paparan Ustadz Mahmud dilanjutkan dengan dialog dan diakhiri foto bersama. Hadir dalam diskusi tersebut, Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA., Sekretaris Program Studi Hukum Islam Drs. H. Syarif Zubaidah, M.Ag., Dr. H. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag., M.Ag., Tulasmi, SEI., MEI, staf kependidikan FIAI, mahasiswa magang dari UNS, dan sebagian mahasiswa Hukum Islam Program Kelas Internasional Bahasa Arab. (Samsul Zakaria)

Selasa, 02 Rabiul Akhir/12 Januari 2016) Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII yang bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (MHJ PAI) mengadakan seminar nasional pendidikan Islam yang bertajuk “Bahagia Menjadi Gurunya Manusia”.

Acara yang menghadirkan Munif Chatib, penulis buku best seller Gurunya Manusia, Sekolahnya Manusia, dan Orangtuanya Manusia, plus pemilik SMA School of Human (SOH) ini berhasil menyedot perhatian peserta. Peserta bukan hanya terdiri dari mahasiswa di sekitar Yogyakarta tetapi juga guru, dosen, dan pegiat pendidikan lainnya.

Dalam semi1.1nar yang diselenggarakan di Auditorium KH. Abdul Kahar Mudzakir tersebut, Munif Chatib menyampaikan materi tentang langkah-langkah mendidik yang mengedepankan value memanusiakan manusia. “Ada lima ‘bingkisan’ yang harus kita buka agar tujuan mendidik dapat diraih dengan maksimal. ‘Bingkisan’ pertama yang harus kita ‘buka’ adalah bintang,” ungkap pria yang juga menginisiasi Program Guardian Angel Camp untuk praktisi pendidikan ini.

Materi yang disampaikan Munif Chatib bukan hanya berhasil memberikan renungan bagi peserta tetapi juga motivasi untuk lebih serius mengaktualisasikan nilai memanusiakan manusia  dalam segala proses pendidikan yang diberikan kepada siswa. “Jika kita tidak menyadari dan memahami bahwa tiap anak adalah bintang maka seterusnya kita tidak akan dapat membantu mereka mengembangkan potensinya,” lanjutnya.

Selain menghadirkan Munif Chatib sebagai pemateri, acara ini juga turut mengundang Agus Inspirator, seorang guru Sekolah Luar Biasa yang juga motivator tunanetra. Agus  pernah mendapatkan beasiswa leadership camp di Osaka, Jepang dan berhasil membawa band asuhannya mendapatkan rekor Museum Rekor Republik Indonesia (MURI) sebagai band tunanetra termuda di Indonesia. (Samsul Zakaria/Rizka AS)