Berita terbaru seputar Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Dapatkan update terbaru berita-berita dan informasi menarik lainnya. Informasi mengenai beasiswa, kerjasama, event perlombaan tingkat nasional dan internasional serta program pertukaran pelajar hanya di http://fis.uii.ac.id

Di era digital ini teknologi merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan termasuk dalam lingkup akademik. Untuk itulah, Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) meluncurkan sistem yang diberi nama Islamic Economics Tutorial Academic System (IETAS).

IETAS merupakan sebuah sistem yang diadopsi dari University Dashboard dan Digital Order Management (DOM) yang sebelumnya lebih dikenal dalam marketing hotel dan restoran. Melalui sistem ini, mahasiswa dan dosen dapat melakukan interaksi dengan lebih mudah dan fleksibel. Dengan demikian diharapkan kegiatan akademik dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien. IETAS merupakan hasil kerjasama antara PSEI dengan PT Komuri Indonesia.

5Sistem ini diluncurkan secara resmi pada hari Selasa, 24 Rabi’ul Awwal 1437 H/5 Januari 2016 dalam acara Launching IETAS dan Public Hearing Mahasiswa PSEI 2015. Acara yang diadakan di Ruang Sidang Utama FIAI UII ini dihadiri oleh seluruh pemangku kepentingan dalam lingkup PSEI, baik dosen, laboran, staff, dan mahasiswa.

Peresmian sistem ini dilakukan secara simbolis dengan penyerahan user manual dari pihak PT. Komuri Indonesia ke Dekan FIAI UII, Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA.

“Sistem ini dilatarbelakangi oleh kesulitan yang dialami mahasiswa dalam melakukan bimbingan, baik bimbingan akademik maupun bimbingan tugas akhir,” ujar Firmansyah, pengembang sistem IETAS.

Selain launching, pihak PT Komuri Indonesia juga melakukan sosialisasi dan tutorial secara singkat tentang sistem IETAS diikuti dengan dialog interaktif dengan mahasiswa. (Samsul Zakaria/DMP)

Salah satu keterampilan yang harus dimiliki mahasiswa adalah bagaimana mengaplikasikan teori yang didapat di kelas dalam dunia praktis. Dalam rangka menjembatani hal ini, beberapa dosen bersama para mahasiswa Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII melakukan kunjungan ke Lapas Batu, Nusa Kambangan, Cilacap.

4Kunjungan dilakukan pada Sabtu, 21 Rabiul Awwal 1437 H/02 Januari 2016. Turut mendampingi kunjungan tersebut, Dr. Drs. Sidik Tono, M.Hum. (Ketua Pusat Kajian dan Bantuan Hukum Islam [PKBHI]), Dr. Drs. Dadan Muttaqien, SH., M.Hum. (Dosen), Anisah Budiwati, SHI., MSI. (Dosen), dan M. Khoirur Rofiq, SHI. (Staf). Kunjungan tersebut adalah kali kedua dimana sebelumnya dilakukan akhir 2014.

Dalam kunjungan tersebut mahasiswa dan dosen diberikan kesempatan untuk berdialog dengan para napi di Lapas Batu. Lapas Batu adalah satu diantara 7 lapas yang ada di Nusa Kambangan. Selain itu, mahasiswa juga mengunjungi kawasan pantai yang cukup eksotis di ujung lapas Nusa Kambangan. (Samsul Zakaria)

Salah satu kebutuhan penting Universitas Islam Indonesia (UII) untuk menuju World Class University (WCU) adalah tersedianya dosen asing. Dalam hal tersebut, semua unit program studi bertanggung jawab untuk mengupayakannya. Berkaitan dengan itu, Program Studi Hukum Islam (PSHI) FIAI melakukan negosiasi dengan Atase Agama Kedutaan Besar Arab Saudi untuk mendapatkan jatah dosen Arab.

3Negosiasi dilakukan langsung di kantor Atase Agama di Jakarta, Selasa, 17 Rabiul Awwal 1437 H/29 Desember 2015. Turut serta dalam acara tersebut, Prof. Dr.  Amir Mu’allim, MIS., Drs. Syarif Zubaidah, M.Ag., dan Dr. Drs. Sidik Tono, M.Hum. Menyambut langsung delegasi dari UII Mudir Atase Agama, Syeikh an-Nughaimisiy. Dia merespon baik dan berjanji akan memberikan bantuan untuk mendatangkan dosen Arab dimaksud.

Syeikh an-Nughaimisiy berpesan supaya UII menguruskan iqamah (izin tinggal) di Indonesia sebagai dosen untuk dosen yang akan ditempatkan di UII. Bila hal tersebut sudah dilakukan UII maka terkait dengan dosen bukan masalah yang berarti.

Penting dicatat bahwa hubungan antara UII secara institusional dengan Atase Agama cukup baik. Terbukti, ribuan buku telah diberikan kepada UII. Disamping itu, setiap tahun UII juga mendapatkan jatah kurma dan bantuan ifthar (buka puasa). (Samsul Zakaria)

Universiti Sultan Sharif Ali (UniSSA) adalah satu-satunya universitas Islam negeri di Brunei Darussalam. Meskipun tergolong universitas baru, UniSSA telah banyak memiliki dosen timur tengah yang banyak menelurkan karya. Disamping itu, bahasa pengantar perkuliahan di UniSSA menggunakan bahasa Arab dan Inggris.

2Bertalian dengan itu, Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) membuka pintu kerjasama strategis dengan UniSSA. Delegasi FIAI UII berkunjung ke UniSSA, Kamis, 05 Rabiul Awwal 1437 H/17 Desember 2015 untuk berdialog dengan pimpinan dan para dosen UniSSA.

Dalam kunjungan tersebut FIAI UII diwakili oleh Dra. Sri Haningsih, M.Ag (Wakil Dekan), Nur Kholis, S.Ag., SEI., M.Sh.Ec (Ketua Tim), Dr. Dra. Rahmani Timorita Yulianti, M.Ag (Kaprodi Ekonomi Islam), Drs. Syarif Zubaidah, M.Ag (Sekretaris Prodi Hukum Islam), dan Drs. Muzhoffar Akhwan, MA (Pengasuh Ponpes UII).

Awalnya, UII sudah menyiapkan naskah Memorandum of Understanding (MoU) dan Memorandum of Agreement (MoA) dengan UniSSA. Namun penandatanganan tersebut tidak dapat langsung dilakukan. Hal itu karena UniSSA sebagai universitas negeri tidak dapat mengambil keputusan sepihak. Naskah MoU dan MoA harus diperiksa terlebih dahulu oleh peguam negara.

Betatapapun demikian, Dr. Hjh Mas Nooraini binti Haji Mohiddin selaku Dekan Fakulti Syari’ah dan Undang-undang (FSU) UniSSA menyambut baik kedatangan UII. UniSSA sepakat untuk menjalin kerjasama dengan FIAI UII dalam bidang pertukaran mahasiswa, riset bersama, dan aktivitas akademik lainnya. (Samsul Zakaria)

Kerjasama dengan institusi luar negeri memiliki nilai strategis bagi sebuah universitas. Berkaitan dengan itu, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII mempertegas hubungan baiknya dengan Fakulti Syariah dan Undang-undang (FSU) Universiti Sains Islam Malaysia (USIM).

1Dalam kunjungan ilmiah yang dilakukan pada Rabu, 04 Rabiul Awwal 1437 H/16 Desember 2015 tersebut dicarakan beberapa hal penting. Khususnya terkait transfer of credit dalam pertukaran mahasiswa (students exchange). Selain itu juga dibicarakan kemungkinan untuk pertukaran dosen dan riset bersama serta beberapa hal strategis lainnya.

Dalam kunjungan tersebut FIAI UII diwakili oleh Dra. Sri Haningsih, M.Ag (Wakil Dekan), Nur Kholis, S.Ag., SEI., M.Sh.Ec (Ketua Tim), Dr. Dra. Rahmani Timorita Yulianti, M.Ag (Kaprodi Ekonomi Islam), Drs. Syarif Zubaidah, M.Ag (Sekretaris Prodi Hukum Islam), dan Drs. Muzhoffar Akhwan, MA (Pengasuh Ponpes UII).

Dr. Lukman Abdul Muta’alie, selaku Wakil Dekan FSU merespon baik maksud kedatangan delegasi FIAI UII. Bentuk kerjasama konkrit dari pembicaraan tersebut akan dituangkan dalam Memorandum of Agreement (MoA) yang akan ditandangani kemudian atau secara desk to desk. Sementara Memorandum of Understanding (MoU) antara UII dan USIM masih berlaku sampai saat ini. (Samsul Zakaria)

Dinamika ekonomi internasional cukup memberikan dampak lambatnya pergerakan ekonomi Indonesia beberapa bulan terakhir. Mulai dari currency war, penundaan kenaikan suku bunga the Fed, dan krisis fiskal di Eropa. Dampak tersebut menginisiasi pemerintah untuk mengeksekusi beberapa paket kebijakan dari paket kebijakan jilid 1 sampai 4.

Per Oktober 2015 paket kebijakan jilid 5 disambut baik oleh sektor pasar modal. Hal ini berkaitan dengan dorongan untuk menilai kembali Aset BUMN dan perusahaan swasta yang berdampak positif bagi perusahaan, terutama yang memiliki aset dominan dalam bentuk tanah dan bangunan.

Dalam konteks ini, peranan sektor keuangan syariah menjadi vital untuk menyambut kebijakan ini dengan menyusun strategi-strategi tertentu agar dapat mempercepat pergerakan sektor keuangan yang terkena dampak perlambatan ekonomi nasional ini. Sektor keuangan syari’ah yang memiliki prinsip fundamental yang berbeda dengan konvensional tentunya dapat dijadikan sebagai competitive advantage dan value added dalam menarik investor dalam rangka perbaikan ekonomi nasional dari sisi pembiayaan.

Merespon hal tersebut, Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) FIAI mengadakan kajian tentang Dampak Kebijakan Revaluasi Aset dalam Perbaikan Fundamental Ekonomi: Strategi dan Peluang Sektor Keuangan Syariah. Acara diadakan di Ruang Sidang FIAI, Selasa, 28 Muharram 1437 H/10 November 2015. Hadir sebagai pembicara tunggal Priyonggo Suseno, SE., M.Sc. (Dosen Fakultas Ekonomi UII).

Priyonggo menyampaikan bahwa isu revaluasi aset cukup penting bagi perusahaan yang telah memiliki aset tetap dan lama yang belum direvaluasi. Namun revaluasi aset tersebut kurang relevan bagi perbankan syariah. “Hal yang justru dibutuhkan adalah bagaimana bank syariah meningkatkan skala ekonomis, skope ekonomis, dan learning effeciency,” ujarnya dalam acara yang dimoderatori oleh Yuli Andriansyah, SEI., MSI.

“Potensi dana zakat tidak relevan untuk direvaluasi karena dana zakat bukan termasuk aset tetap akan tetapi aset lancar yang potensinya dapat menurun jika direvaluasi,” tuturnya ketika menanggapi pertanyaan keterserapan potensi dana zakat di Indonesia, apakah sudah dilakukan revaluasi aset atas dana tersebut.

“Luaran dari kegiatan kajian ini adalah berita sebagai pengayaan wawasan publik. Selain itu materi yang diberikan nantinya dapat dijadikan pijakan materi awal dalam mengembangkan penelitian-peneliatan yang dianggap relevan sebagai respon pengembangan strategi sektor keuangan syariah,” ujar Zein Muttaqien, SEI., MA., selaku Ketua Panitia Kajian.

Sebelumnya, acara dibuka oleh Wakil Dekan FIAI, Dra. Hj. Sri Haningsih, M.Ag. Dalam sambutannya dia berharap kajian itu dapat diterus dikawal dan dilakukan secara berkelanjutan. Menurutnya, kajian tersebut sangat strategis untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dan dosen.

Salah satu standar mutu Universitas Islam Indonesia (UII) yaitu adanya 5 persen mahasiswa asing. Dalam konteks tersebut, masing-masing unit atau prodi semestinya turut andil mewujudkan standar tersebut. Program Studi Hukum Islam (PSHI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) merespon hal tersebut dengan mengadakan “Workshop Strategi Promosi Kelas Internasional”. Hal ini sejalan dengan langkah PSHI akhir September lalu yaitu me-launching kelas internasional berbahasa Arab.

Bertempat di Ruang Sidang FIAI, Kamis, 02 Muharram 1437 H/15 Oktober 2015 acara berjalan lancar. Hadir 2 pembicara dari Fatoni University (FTU) Thailand, Ust. Mahdee Maduerawae, MA., dan Ust. Suaidee Orsantinutsakul, MA. Dalam sambutannya, Wakil Dekan FIAI, Dra. Hj. Sri Haningsih, M.Ag., sangat mengapresiasi workshop tersebut. “Kelas internasional sangat inline dengan World Class University (WCU) UII,” tuturnya.

Sebelumnya, UII dengan inisiasi FIAI telah melakukan kerjasama dengan FTU. “Ini adalah follow up dari MoU dan MoA dengan Fatoni University,” ungkap Dr. H. M. Roy Purwanto, MA., selaku moderator yang juga turut menjadi saksi kerjasama UII dan FTU. FTU sendiri meskipun tergolong muda (baru berdiri 1998) sudah memiliki 155 mahasiswa asing. Hal ini tentu menarik untuk dijadikan contoh bagi UII.

Ust. Mahdee mengungkapkan bahwa mulanya di FTU hanya ada 2 fakultas yaitu Ushuluddin dan Syari’ah. Seiring berjalannya waktu sudah ada perkembangan yang signifikan. Satu hal yang menjadi daya tarik mahasiswa asing belajar di FTU adalah dimana pihak kampus membantu mengurusi visa pelajar. Hal ini tidak banyak dilakukan oleh kampus lain.

Sementara Ust. Suaidee menuturkan bahwa networking sangat penting untuk menarik mahasiswa asing. Disamping itu, FTU sendiri adalah kampus Islam satu-satunya di Thailand. Selebihnya, FTU memiliki kurikulum yang kuat dalam hal keislaman. “Wajib hafal Qur’an untuk semua fakultas,” ujarnya. Satu juz per tahun untuk mahasiswa bidang sosial agama dan setengah juz untuk yang eksakta (umum).

Lebih penting lagi adalah bahasa dimana di FTU menggunakan bahasa pengantar Arab dan Inggris. Hal ini tentu memudahkan mahasiswa asing yang tidak mengerti bahasa Thailand. Aspek lain, biaya hidup di Thailand cukup murah. Sebab, secara geografis kampus terletak di kampung sehingga biaya hidup rendah. Beberapa hal di atas menjadi pelajaran penting PSHI untuk menentukan langkah strategis promosinya ke depan.

Salah satu cara meningkatkan kemampuan berbahasa adalah dengan berkomunikasi langsung dengan orang asli dimana bahasa itu berasal. Adalah al-Ustadz as-Sayyid ar-Rifa’i al-Mishri, MA., dosen Mesir yang saat ini sedang mengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo datang ke Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII untuk memberikan kuliah.

12. Matrikulasi 2Acara bertajuk “at-Taujihat wa al-Irsyadat lil Fashl ad-Dauli” tersebut diadakan di Ruang Sidang FIAI, Sabtu, 19 Dzulhijjah 1436 H/3 Oktober 2015. Hadir sebagai peserta 25 mahasiswa hukum Islam yang sudah terseleksi sebagai mahasiswa program internasional bahasa Arab.

Prof. Dr. H. Amir Mu’allim, MIS., selaku Kaprodi Hukum Islam dalam sambutannya dengan sangat antusias menyemangati mahasiswa. Dia memaparkan bahkan secara resmi kelas internasional memang sudah dibuka namun pelaksanaan kuliah reguler akan dimulai semester genap ini.

Sementara itu, Sayyid Rifa’i pertama-tama mengungkapkan takjubnya atas Indonesia. “Indunisiyya jannatullahi fi al-ardh,” ujarnya. Maksudnya, Indonesia adalah surga Allah di muka bumi. Lebih lanjut dia menerangkan bahwa bahasa adalah basis komunikasi. “Al-lughatu asas al-kalam,” tambahnya.

Dalam kuliahnya, Sayyid Rifa’i mengajak mahasiswa untuk lebih berani berkomunikasi dengan bahasa Arab. Di sela-sela itu, dia bertanya kitab apa yang terakhir dibaca mahasiswa. Mahasiswa yang hadir merasa tertantang untuk lebih menguasai bahasa Arab.

Dalam rangka menggali keunggulan program studi, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) bekerjasama dengan Badan Perencana (BP) Universitas Islam Indonesia (UII) mengelar workshop bertajuk “Penguatan Keunikan Lokal Fakultas Ilmu Agama Islam 2015”. Bertempat di Ruang Sidang FIAI, Sabtu, 27 Dzulhijjah 1437 H/10 Oktober 2015. Acara diawali sambutan Dekan FIAI, Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA. “Prodi harus bekerja keras terapkan local genius,” tegasnya.

IMG_8033Sementara itu, Prof. Dr. Ir. H. Hari Purnomo, MT., selaku Kepala BP mengatakan bahwa pengembangan UII sampai 2038 adalah keunikan lokal. “Keunikan dimaksud diserahkan ke prodi masing-masing,” tuturnya dalam workshop yang dihadiri pejabat fakultas, pejabat prodi, dan tim kurikulum prodi. Dia mencontohkan, di Ilmu Kimia keunikannya pada minyak atsiri. Lainnya, di Psikologi penguatannya pada psikologi Islam. “Lalu bagaimana dengan FIAI?” tanyanya memberikan arahan workshop.

Hadir sebagai narasumber, Prof. Irwan Abdullah, Ph.D., Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM). Baginya, merumuskan keunikan lokal tidak cukup hanya dengan sekali duduk. Perumusan keunikan lokal membutuhkan waktu yang lama dan berkesinambungan. Secara sederhana, keunikan lokal itu seperti rumah makan Padang. “Dapat membaca semua lidah orang Indonesia,” ungkapnya. Meskipun berangkat dari lokalitas tetapi dapat menembus batas sampai nasional dan bahkan internasional.

Pendidikan menurutnya harus bisa mencetak kader yang berkarakter. Beberapa karakter dimaksud misalnya, tidak mengemis harga diri, tidak mudah dibeli, dan tidak bergantung pada orang lain (mandiri). Sebelumnya, Prof. Irwan mengapresiasi langkah UII. “Tidak banyak PT yang konsen pada perubahan kurikulum,” tuturnya bermaksud mengatakan workshop yang diadakan UII memiliki urgensi yang signifikan.

Sementara narasumber kedua, Dr. Muqowim, M.Ag., Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga berbicara tentang “Local Genius dalam Konteks Studi Islam”. Menurutnya, salah satu masalah umat muslim adalah eksistensi dunia Islam yang justru tidak islami. Hal ini tentu harus dapat dijawab oleh Studi Islam. Dr. Muqowim juga menekankan tentang bagaimana menjadi being religious, bukan semata having religion.

Acara yang dimoderatori Joko Sulistio, ST., M.Sc., itu berakhir pukul 12.00 WIB. Setelah ishama dilanjutkan diskusi keunikan lokal masing-masing prodi. Peserta berkumpul berdasarkan prodinya untuk merumuskan local genius perspektif prodi masing-masing. Selanjutnya, dengan dipandu Ari Sujarwo, S.Kom., MIT (Hons) perwakilan prodi mempresentasikan hasil rumusannya.

Masih dalam rangka orientasi mahasiswa baru, Sabtu (12/9) lalu, Program Studi Ekonomi Islam (Prodi Ekis) FIAI UII mengadakan Studiun Generale (SG) 2015 dengan tajuk: “Meningkatkan Kapabilitas Lulusan Ekonomi Islam di Tengah Persaingan SDM Industri Keuangan Syariah”.

Acara tersebut bertujuan untuk mempererat ukhuwah antara mahasiswa baru angkatan 2015 dengan Prodi Ekis. Selain itu guna memberikan wacana lebih luas mengenai kondisi industri syariah di Indonesia. Tujuannya supaya mahasiswa memiliki orientasi belajar yang lebih baik untuk mendalami dunia perkuliahan ke depan.

Narasumber pada acara yang diselenggarakan di GKU Dr. Sardjito ini adalah Ibu Mursida Rambe, Direktur BMT Beringharjo Yogyakarta. Dalam kuliahnya, Ibu Rambe berbagi pengalaman mengelola BMT Beringharjo yang didirikan dengan modal Rp 1 juta. Saat ini, BMT tersebut memiliki cabang di kota-kota besar di Indonesia.

Ibu Rambe memotivasi mahasiswa untuk ikut aktif dalam kegiatan organisasi kampus sebagai modal untuk menghadapi dunia kerja. “Jadilah mahasiswa yang aktif di organisasi, bukan hanya datang, duduk, diam, pulang, tidur,” tuturnya. Dia juga menekankan pentingnya mendirikan lapangan kerja untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Selain diisi dengan narasumber utama, SG juga diisi oleh alumni Prodi Ekis angkatan tahun 2006, Nasruddin, SEI., MEI. Dia memberikan testimoni mengenai kesuksesan alumni Prodi Ekis yang tersebar di seluruh nusantara. Baginya, alumni Prodi Ekis harus memberi motivasi kepada mahasiswa baru untuk tidak menjadi mahasiwa yang hanya mengenal kos dan kampus, tapi juga aktif di mana saja.

Di samping kuliah inti, program tahunan ini juga diramaikan dengan doorprize dan pengenalan organisasi FKEI oleh Presiden FKEI, Adi Wibowo. Acara yang dipandu oleh Fajar Fandi Atmaja, Lc,, MSI., ini disambut meriah dan antusiasme mahasiswa baru hingga berakhir pukul 11.45 WIB.

Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam, Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA., dalam sambutannya, berharap Prodi Ekis dapat berkontribusi terhadap sumber daya insani di Indonesia. Termasuk di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS).